Wednesday, 27 May 2020

Virtual Tea Time : Tea and Lebaran food pairing


Ini kali kedua Vikh mengadakan Virtual  Time. Tema kali ini adalah THR alias teh Hari Raya. Terutama tentunya pairingnya  yang berhubungan dengan Hari Raya Lebaran.
Virtual kali kedua ini diikuti sekitar 13 orang. Dari Jepang ada bu Neny dan Haruna, lalu dari Sumba ada ibu Mariana, Vikh dari Belitung, Koriana dari Malang, pak Robby dari Bandung, Indri dari Bekasi, saya dari Bogor. Dari Jakarta ada pak Filtrady, Ricky, Retna dan Bu Brenda. Lalu ada Ines dari BSD.



Kali ini saya memilih Oolong Bali. Karena teh ini tidak begitu ribet cara seduhnya.  Suhu asal panas, tidak masalah. Saya memang sangat menyukai  Oolong ini, karena memiliki aroma dan rasa yang khas. Sangat cocok untuk dipairing dengan segala macam makanan. Mulai dari Coklat, keju hingga kue-kue, baik itu asin maupun manis.  Aroma khas teh ini adalah aroma buah yang matang. Mengingatkan saya akan buah pllum yang masak. Sedangkan after tastenya adalah honey sweet dengan sedikit tasting note light spicy dari cinnamon.


Untuk alat seduhnya saya memilih Shiboridashi. Alasannya alat ini takarannya pas untuk personal. Praktis karena gaiwan maupun cup bersatu menjadi satu. Sediikit kelemahan dari Shiboridasi saya saringannya agak besar2 lubangnya, sehingga hanya cocok untuk full leave yang tidak banyak remukan daunnya.
Karena oolong saya hanya tersisa sedikit, saya perlu menyaring teh tersebut untuk membuang dust dan remukan daun yang kecil-kecil.

Untuk pairing, masih tersisa kue lebaran buatan istri. Kue ini sangat special karena istri saya hanya membuatnya satu tahun sekali, yaitu pas lebarang saja J
Ada tiga kue yang tersisa yaitu kastengel, kue kacang dan lidah kucing. Kastangel sudah terbayang rasa asinnya akan dienchance oleh si Oolong Bali. Sebenarnya yang paling juara adalah kue   Dan ketika dipairing, hasilnya sudah pasti juara. Karena kuenya enak, tehnya enak, jadinya double enak. Rasa manis dari kue ini akan dienhance oleh si Oolong.
kacang.
Lidah kucing, ini sebenarnya side effect saja. Seperti unexpected cookies, atau coincidence cookies. Betapa tidak, kue ini terpaksa dibuat karena ada banyak sisa-2 putih telur dari hasil resep kue lainnya, dari pada kebuang, begitu niatnya. Namanya juga sisa-sisa, berarti  tidak disiapkan bahan yang bagus. Seperti butter, misalnya, butter  wijman sudah habis duluan ketika bikin nastar dan kue lainnya. Dan ketika mau beli lagi, stock di toko kue sudah pada habis, karena sudah mendekati lebaran. So jadinya pakai butter yang murahan. 
Pendek kata, lidah kucing bukanlah kue istimewa.
Akan tetapi dibalik kesederhaan kue tersebut, saya malah memilihnya. Pasalnya ketika saya tasting, kue yang tadinya rasanya biasa-biasa saja, ketika dipairing dengan Oolong Bali, justru rasa butternya makin menguat, begitu juga dengan gurih telurnya. 

Jadinya kombinasi yang mempesona. Si Oolong kelas ningrat berhasil mengangkat martabat si Lidah kucing yang biasa-biasa saja menjadi sebuah kombinasi yang mempesona.