Sensei
Kelas Chanoyu di Japan Foundation adalah hasil kerja sama dengan Urasenke, salah satu aliran Chanoyu yang cukup terkenal di Jepang, yang memiliki cabang di beberapa negara.
Cabang urasenke di
Dalam setiap pelajaran, biasanya dibagi menjadi dua group. Saya lebih sering diajar oleh ibu Sanny, Ibu Sitanggang dan Uchida San. Sedangkan group lain diajar oleh Ibu Kumiko Pohan, ibu Suwarni dan pengajar lain secara bergantian.
Beberapa pengajar atau biasa kami memanggilnya sensei memiliki karakter yang berbeda-beda. Ibu Sanny orangnya lembut dan sangat sabar. Ibu Suwarni tegas, tetapi banyak sekali filosophy yang diajarkan oleh beliau. Uchida san, sangat santun dan rendah hati, khas wanita-wanita Jepang.
Tanpa bermaksud mengecilkan peranan sensei yang lainnya, saya memang sangat terkesan dengan Uchida San. Gerakan-gerakan ketika menyiapkan dan menyajikan teh sangat indah seperti halnya seorang penari, dan penuh presisi. Dan yang pailng mengesankan adalah kocokan tehnya. Dari beberapa kali mencoba minum teh, kocokan Uchida Sanlah yang paling lembut dan menawan.
Peralatan yang dibutuhkan dalam Usucha
Secara harafiah, Chanoyu artinya hot water for tea. Dalam pengertian luas, Chanoyu adalah serangkaian upacara untuk mempersiapkan, menyajikan dan minum teh.
Dalam penyajian ini, selain dibutuhkan peralatan khusus, juga keahlian khusus untuk menggunakannya
Dalam chanoyu ada dua macam, yaitu Usucha atau teh encer dan Koicha atau teh kenthal.
Perbedaan utama adalah selain dari jumlah penggunaan teh, dalam Koicha teh disajikan dalam satu chawan dan diminum bersama-sama secara bergantian. Sedangkan dalam Usucha, teh disajikan percawan.
Untuk penyajian Usucha, digunakan dua macam cara, yaitu menggunakan Ketel , dan menggunakan Hishaku (gayung) dan
Tata caranya sedikit berbeda. Kami baru mempelajari Usucha dengan menggunakan Ketel..
Beberapa peralatan lain yang wajib digunakan adalah, Chawan (mangkok teh), Chasaku (sendok teh), Natsume (tempat bubuk teh), Matcha (teh hijau bubuk), Chasen (alat pengocok teh), Chakin (linen untuk membersihkan chawan), fukusa (sapu tangan untuk membersihkan peralatan teh), Daisu (nampan) dan Kensui (tempat pembuangan air kotor), dan tentu saja kompor untuk merebus air.
Beberapa peralatanan tambahan lainnya adalah Kobukusa (kain untuk tatakan chawan), Kaishi (semacam tisu), Tatami (tikar), dan masih banyak lagi peralatan lainnya.
Secara garis besar cara penyajian Usucha dengan ketel adalah kita siapkan Chawan, Natsume, Chakin dan Cashaku dalam sebuah nampan. Pertama-tama tuan rumah, dengan fukusa tergantung disamping obinya (semacam stagen untuk mengikat kimono, yang juga berfungsi sebagai ikat pinggang), akan mengantarkan kue untuk dimakan sebelum minum teh.. Setelah itu, Tuan rumah akan kembali ketempat awal sebelum naik tatami untuk mengambil nampan berisi peralatan untuk membuat teh, untuk diletakkan di dekat kompor.
Setelah itu, tuan rumah akan kembali ke belakang untuk mengambil kensui. Setelah itu Tuan rumah mengambil Fukusa, dan mulai membersihkan peralatan mulai dari Natsume dilanjutkan dengan membersihkan chasaku. Setelah itu Tuan rumah akan Chasen dengan air, dan dilanjutkan dengan membersihkan chasen dengan chakin.
Sambil memegang chasaku, tuan rumah akan mempersilahkan tamu untuk makan kuenya.
Setelah itu, tuan rumah akan mengambil Matcha dari natsume kira-kira 2,5 sendok, tuang air panas kemudian di kocok dengan chasen. Mengocok teh kelihatan mudah dan sederhana, tetapi ternyata membutuhkan tehnik khusus untuk dapat menghasilkan hasil kocokan yang halus dan lembut, dan tentu saja tidak mematahkan ujung dari Chasen.
Setelah mengocok sekitar 50 kali atau ketika dirasa hasil kocokannya sudah bagus, Tuan rumah memutar chawan dua kali, agar supaya gambar dalam chawan menghadap kepada tamu.
Kalau ada assisten, tugas asistenlah yang menyajikan teh tersebut kepada tamu. Kalau tidak ada asisten pihak tamu akan mengambil sendiri
Setelah selesai, tamu akan mengembalikan teh kepada tuan rumah, dan mulai dibersihkan.
Sudah barang tentu kesemua tata cara tersebut menggunakan gerakan-gerakan khusus yang khidmat dan terukur. Untuk dapat mengingat urut-urutan gerakan, membutuhkan latihan ektra dan memerlukan waktu yang tidak pendek.Bahkan untuk mencapai kesempurnaan, dibutuhkan waktu puluhan tahun untuk melatihnya.