Tuesday, 12 May 2009

Sincha

Teh hijau Jepang adalah teh yang unik dan memiliki rasa dan aroma yang unik pula. Negara Jepang merupakan negara kepulauan yang tentu saja dikelilingi oleh lautan. Kondisi geographis inilah yang mempengaruhi cita rasa teh hijau jepang yang memiliki aroma rumput laut, dengan rasa yang sedikit amis. Aroma dan cita rasa ini, juga dipengaruhi oleh masa dimana teh tersebut di panen.

Itu sebabnya, pengelompokan kualitas teh hijau Jepang, selain dari ukuran daun juga ditentukan oleh waktu panen. Pengelompokan lain, juga dibedakan apakah sebelum dipanen, pohon teh tersebut diberi naungan penuh atau tidak.

Sencha adalah teh hijau jepang yang paling dikenal. Bentuknya yang lurus, seperti jarum kecil-kecil, dengan warna hijau Jamrud.

Sencha yang di panen pertama (sekitar bulan April), dinamakan Sincha. Ini merupakan teh sencha kualitas terbagus, walaupun juga masih terbagi lagi dengan utuh tidaknya daun. Makin utuh daun, makin bagus kualitasnya. Kalau makin banyak bubuknya, berarti bukan kualitas terbagus. Bubuk ini selain memberi warna seduhan lebih gelap, juga menyebabkan rasa teh lebih pahit.

Belum lama ini saya mendapat kiriman Sincha dari ibu Lim Kim Soan, sahabat saya dari Milist Pecinta Teh . Beliau memang tinggal di Jepang, sehingga acap kali kalau ada teman beliau yang datang ke Indonesia, beliau sering titip sesuatu untuk saya. Saya juga mendapatkan kiriman buku tentang teh. Tampaknya buku ini cukup lengkap dengan photo-photo yang sangat bagus. Sayangnya saya tidak dapat membacanya, karena hurufnya kanji semua.

Sincha, harus disimpan di dalam refrigerator, kalau tidak aromanya akan cepat hilang. Agar supaya tidak terpengaruh oleh aroma lain yang ada di dalam refrigerator, sebaiknya Sincha tetap di dalam bungkus aluminium foilnya, lalu dimasukkan lagi ke dalam wadah plastic. Lebih bagus lagi wadah tersebut wadah yang kedap udara.

Karena panenan pertama, aroma Sincha lebih kuat, dan warna daun tehnya juga berwarna jamrud. Saya biasanya menggunakan takaran 1 sendok teh, untuk air volume air sekitar 200 cc. Seduhan pertama 2 menit, seduhan kedua empat menit. Biasanya memang hanya 2 kali seduh, karena seduhan ketiga aroma dan rasanya sudah berkurang cukup banyak.

Sincha rasa cukup lembut, dengan aroma sea weed lebih halus. Sekalipun ada hint rasa pahit, tetapi after tastenya cukup manis.

Ampas Sincha, juga sangat lembut. Kalau dalam tulisan sebelumnya saya mencoba membuat peyek dari ampah Sencha, sekarang saya coba makan begitu saja ampas sinchanya. Sedikit mirip rasa bayam, dengan sisa aroam rumput laut. Rasa pahit juga sudah mulai menghilang (mungkin karena sudah diseduh 2 kali). Daunnya begitu muda dan lembut. Bahkan tangkai daunnya juga cukup lembut.

Kalau istri saya memiliki cara lain memanfaatkan ampas daun Sincha. Dengan dicampur sedikit telor, jadilah masker yang menurut beberapa penelitian, kandungan Cathecinnya memiliki manfaat anti oxidant yang cukup tinggi.

Jadi minum Sincha, bukan sekedar minum air seduhannya, tetapi juga sekaligus dapat dimakan daunnya, atau digunakan sebagai masker. Mudah-mudahan semua cathecin, baik yang sudah terektrak di air dan tersisa di ampas, masih cukup bermanfaat buat tubuh. Sebenarnnya kandungan cathecin teh hijau jepang, tidak setinggi kandungan cathecin teh hijau Indonesia, tetapi walaupun begitu, saya belum memiliki keberanian untu mencoba makan ampas daun teh hijau Indonesia.

Wednesday, 6 May 2009

Rempeyek teh

Teh adalah minuman nomor dua di dunia setelah air putih. Di beberapa negara, teh bukan hanya sekedar minuman, tetapi juga dimakan. Dalam tulisan saya tentang teh Myanmar , pernah saya ceritakan bahwa di negara tersebut teh dibuat semacam asinan dan dibuat kudapan sambil menonton televisi.

Jepang merupakan jagonya teh hijau. Di negara ini, ditemukan sistem penghentian proses oksidasi dengan cara steam, sebagai pengganti cara pan frying seperti yang dilakukan di china. Dengan cara ini, selain menjaga kandungan cathecin tidak banyak terbuang dalam proses produksi, juga membuat warna daun teh menjadi lebih segar dan lebih hijau.

Dalam gambar, dapat anda lihat untuk teh Sencha, warna ampas tehnya lebih hijau dan segar. Sedangkan teh hijau Indonesia dan China, yang menggunakan sistem pan frying, ampasnya berwarna coklat.

Khusus untuk teh Jepang kualitas tertentu, ampas daun teh hasil seduhan, selain dapat digunakan sebagai bahan perawatan kecantikan (untuk masker misalnya), juga dapat dapat dimakan.


Kalau anda memiliki Sencha kualitas Fine,. Untuk daun teh Sencha kualitas tinggi, digunakan daun teh yang sangat muda coba anda kunyah ampas daun tehnya. Karena daun teh yang digunakan sangat muda, ketika dikunyah terasa lembut dan tidak pahit.. Nah, anda juga dapat mencoba membuatnya menjadi makanan.


Kebetulan sekali Istri saya sedang membuat risole, yang menggunakan bahan tepung terigu, mentega dan telur. Untuk percobaan, saya ambil sebagian adonan tadi, dan saya campur dengan ampas teh Sencha, lalu digoreng.

Hasilnya mirip dengan rempeyek teh. Tetapi, karena adonan tersebut dominan rasa telur dan menteganya, rasa tehnya memang kurang begitu terasa. Kemungkinan lain, karena teh tersebut sudah diseduh 3 kali, sehingga sudah banyak berkurang aroma dan rasanya.


Anda dapat saja berkreasi dengan mencampur ampas teh dengan bahan makanan lain, sebagai campuran pecel, asinan atau gado-gado misalnya?

Paling tidak, kita masih mendapatkan sisa-sisa cathecin yang mungkin masih terkandung di dalam ampas teh tersebut. Hanya yang perlu diperhatikan hanya daun teh yang benar-benar muda yang enak untuk dijadikan bahan makanan.