Saturday 14 November 2009

Oolong, Kepahiang Bengkulu


Dunia memang sempit itu benar adanya. Terkadang beberapa hal terjadi secara kebetulan bak sebuah drama sinetron saja. Pertemuan saya dengan Oolong bengkulu adalah salah satu contohnya.

Teh Oolong bengkulu adalah salah satu teh Oolong yang dulu pernah kami cari-cari.
Ceritanya, pada waktu itu mbak Ratna tanya kepada saya, apakah saya mengetahui kebun teh Oolong di Bengkulu yang hasil produksinya semua di ekpor ke Taiwan. Seperti biasa, segala macam pertanyaan biasanya saya teruskan ke Om Google. Atas saran Om Google saya diminta menghubungi PT. Trisula Ulung Megasurya. Saya juga dapat nomor telponnya, tetapi tidak pernah berhasil melakukan kontak bicara.

Sebuah kebetulan kalau akhirnya saya bisa mengenal lebih dekat dengan Julian Julindra. Dia 'menemukan' saya di tengah belantara booth teh sewaktu acara tea festival di Bandung pada tahun 2008. Setelah pertemuan itu, Julian akhirnya menjadi peserta Gathering yang paling aktif. Kami ketemu di acara gathering yang dilakukan di Festival teh di Kemajoran. .

Sepulang dari gathering Kemayoran, secara kebetulan, saya dan Julian ngobrol tentang teh Oolong dari Bengkulu, dan Julian mengatakan bahwa dia punya teman dimana bapaknya punya kebun teh di Bengkulu. Wah, jangan-jangan dia, pikir saya. Berkat Julian pula akhirnya saya berkenalan dengan pak Surya Dharmadi. Ternyata benar dugaan saya, setelah pak Surya mengeluarkan kartu nama, tertera nama perusahaannya PT. Trisula Ulung Megasurya. Dunia benar-benar sempit.

Baik, saya rasa prolog yang cukup panjang perlu saya tulis, untuk menggambarkan perjalanan untuk menemukan teh Indonesia kualitas premium memang terkadang dibarengi oleh beberapa keberuntungan. Untung ada Julian, untung ada mbak Ratna yang menanyakan teh tersebut, untuk ada milist pecinta teh, dsb.

Singkat cerita, kata sederhana yang dapat saya ungkapkan ketika mencoba Oolong bengkulu, memang benar-benar singkat saja : Sumpah, enak banget!!

Ini benar-benar teh aromatik Indonesia yang pernah saya coba. Aromatik yang saya maksud disini bukannya ditambah aroma dari bahan lain, tetapi benar-benar rasa asli teh yang mengeluarkan aroma dan rasa yang sangat exotic.

Daun teh keringnya berwarna hijau emerald, dan aromanya wangi sekali. Hasil seduhan, berwarna kuning keemasan. Ketika diteguk, rasa Fruitynya begitu terasa, seperti buah ranum yang segar, dan ada sedikit rasa kesat dan slighty sepet, mengingatkan saya pada buah apel ranum. Saya suka sekali dengan Oolong bengkulu ini. Benar apa yang dikatakan mbak Ratna, Oolong bengkulu ini tidak kalah dengan teh-teh Olong dari Taiwan.

Syukurlah kalau akhirnya pak Surya mau bergabung dengan milist pecinta teh, dan dapat membantu kita semua untuk dapat menikmati teh Indonesia kualitas tinggi.

7 comments:

Lindur said...

wah semoga bisa pesen dengan orang tua yang sedang bertugas di bengkulu nih. siapa tau bisa mencoba tehnya :) .
milisnya pecinta teh apa ya pak?

Terima kasih.

Bambang Laresolo said...

Dear Lindur, kayaknya dibeli di sana juga susah, karena memang sudah terikat kontrak dengan buyer dari Taiwan. Milist namanya Pecinta teh. Anda bisa klik di widget di sebelah kanan, yang ada photo Teko dan Cangkir di atas meja dengan latar belakang pemandangan.

Unknown said...

Pak Bambang, saya kenal blog ini waktu tugas di Garut, tugas di teh juga...teh sencha yabukita. Sekarang di...Bengkulu, teh hijau assamica. Nah, pabrik saya tetanggaan dengan Oolong Trisula ini. Memang kultur teknisnya ya OK punya, pokoknya 4 sehat 5 sempurna. Sekarang sudah jual di toko2 di Kepahiang dan Curup, kalo gak salah 40rb-an per 100 gram. Mari nikmati teh, pake gula tanpa gula...terserah. Teh hitam, hijau, sencha, oolong...terseraahh. Hmmhh..segaarrr

Bambang Laresolo said...

Pak Iskandar, senang bertemu bapak disini. Dunia memang sempit. Saya sudah 2 kali ke lembah Dewata, mudah-mudahan nanti mendapat kesempatan berkunjung ke Pabawetan. Saya juga mendapat info dari pak Robby, bahwa sekarang sudah dijual di lokal, atas desakan Pemda. Hanya yang saya ingin ketahui, grade apakah yang dijual disana? Harganya cukup murah, mengingat kalau saya beli harganya bisa lebih dari 100 ribu per 100 gram. Mungkin diperhitungkan ongkos kirim juga.

Anonymous said...

salam kenal pak bambang
saya avel anak bengkulu yg sedang kuliah di semarang,, lahir di kepahiang, 15tahun hidup di kepahiang,, dan kabawetan adalah tempat maen saya dulu, hehe.. membaca tulisan bapak jadi mengingatkan saya akan kampung halaman, hehe..

nantinya saya akan lebih sering berkunjung disini pak, mdan mau bergabung ke milis pecinta teh juga, karena sekarang sy sedang memulai usaha tea house di semarang,,

mohon bimbingannya pak :)

Bambang Laresolo said...

Dear Aveliansyah,
Semoga tea housenya lekas terwujud. Nanti kita bisa kerjasama. Saya rencana juga mau buka di Bogor.

wantodarilampung said...

walah pak, sya malah pernah jadi buruh di pt trisula sekitar th 97 sd 98