Tuesday, 22 June 2021

CODDLE FRAGRANT Teh langka dari Cianjur

“Ini teh masa depan Indonesia”, Ujar kang Ferri Kurnia sambil menunjuk satu area kecil yang pohon tehnya tampak sedikit berbeda.
“Itu kata-kata Almarhum Ayah saya ketika beliau mewariskan kebun teh ini kepada saya dan dan anak-anak lainnya”, sambil menghela nafas kang Ferri sejenak termenung. Tergurat kenangan bagaimana ayahnya, Haji Oero telah mengajari dia untuk mengelola kebun teh Pasar Canar.
Jujur saya belum begitu paham maksud perkataan kang Ferri tentang masa depan teh Indonesia. Tangannya hanya menunjuk sekelompok kecil perdu teh diantara hamparan pohon-pohon teh yang lain.
Tangannya hanya menunjuk satu titik, bukannya merentangkan tangan atau menggerakkan tangan menunjuk hamparan luas kebun teh pasir Canar.
“Kami memberi nama Cultivar tersebut dengan nama Oero 1601. Jujur kami tidak mengetahui nama asli cultivar teh tersebut.


Kami melakukan pembibitan pada tahun 2011. Kami pisahkan tersendiri karena tampaknya bibit tersebut berbeda dengan bibit teh yang lainnya. Baru kemudian setahun kemudian sebanyak 280 pohon berhasil kami tanam di kebun Pasir Canar.
Sayangnya pada waktu itu cuaca kurang mendukung, sehingga tidak semua pohon bertahan hidup, hingga tersisa 38 pohon. Sisa pohon tersebut tetap kami rawat, karena kami sangat yakin ini pohon sangat special. Kami tidak pernah mengolah pohon ini, karena pucuknya sedikit sekali. Kami menamakan cultivar ini dengan nama Oero 1601 untuk mendedikasikan pohon ini kepada almarhum Haji Oero. Karena beliau meninggal tahun 2016, maka kami beri nama 16 sedangkan 01 adalah nomor pertama cultivar yang telah kami buat.”
Sebagai tambahan informasi bagi yang belum mengetahui, Cultivar adalah variasi jenis teh yang disebabkan oleh campur tangan manusia, seperti persilangan, misalnya. Maka muncul cultivar terkenal seperti Ti Kuan Yin, Sukui, gambung, dll. Ini berbeda dengan Varietas, dimana jenis teh dibedakan menjadi dua yaitu assamica dan sinensis. Mirip dengan kopi, yang memiliki varietas Robusta dan Arabica. Varietas, adalah perbedaan tipe pohon teh yang disebabkan oleh alam.
Kami mendekat ke area cultivar 1601. Saya perhatikan dengan seksama pohon tersebut. Bentuk daun mirip dengan bibit pohon yang langka yang diperlihatkan oleh pak Bagyo dari kebun teh Liki Sumatra sewaktu saya diundang berkunjung kesana pada tahun 2013 lalu.
“Kalau memang ini sama dengan yang saya lihat di Liki, kemungkinan ini cultivar Qing xin”, ujar saya.
Qing xin, artinya Green Heart. Sebuah cultivar yang sangat popular dan banyak digunakan di Taiwan. Konon originalitas cultivar ini dari Anxui China, lalu dibawa ke Taiwan. Banyak sekali teh terkenal yang dihasilkan dari teh ini, diantaranya adalah Dong Ding dan Oriental Beauty.
Percakapan diatas kami lakukan pada bulan Januari tahun 2019, ketika saya dan Cecilia Tjing , seorang tea Sommelier dari Belanda pertama kalinya mengunjungi kebun teh Pasir Canar, yang berlokasi di daerah Takokak, Cianjur.
Saya terkenang kembali dengan percakapan tersebut, karena belum lama ini kang Ferri mengabari saya bahwa dia mulai mencoba mengekplore pohon tersebut. Menjelang akhir tahun 2020, kang Ferri mendapati bahwa Oero 1601 menghasilkan pucuk yang lumayan banyak.
”Lumayan, saya bisa memanen sekitar 300 gram pucuk basah. Saya coba olah secara manual dengan digiling pakai tangan dan menggunakan wajan dari tanah liat. Aromanya jauh lebih harum dibanding cultivar lain yang saya miliki, seperti sukui, Oolong 27 dan 28.”
Dan hari ini saya menerima sebuah paket berisi sebuah kaleng yang cantik dengan tulisan Coddle Fragrant. Dinamana demikian menurut kang Ferri, karena ketika diolah, walau Cuma sedikit sekali tetapi aroma harumnya tercium dalam satu pabrik.
Tak sabar saya buka kemasan tehnya dan tercium perpaduan harum bunga dan manis buah. Samar-samar mengingatkan saya pada harum vanilla.
Bentuk teh keringnya panjang-panjang rapi, dipetik hingga daun ke empat. Dari warna daun teh kering kombinasi antara hijau gelap dan kemerahan, menandakan teh ini diolah secara semi oksidasi.
Saya melakukan tasting 2 kali. Pertama saya menggunakan cup tasting berukuran 140ml. Saya gunakan teh 2.5 gram dengan waktu seduh 2 menit.
Warna seduhan merah tembaga, aroma bunga masih jelas tercium.
Ketika saya seruput, terasa manis. Semula agak ragu, apakah ini cenderung ke arah manis madu atau buah lychee. Untuk memastikan saya coba bandingkan dengan lychee in red racikan saya. Kali ini saya yakin, teh ini lebih mendekati ke rasa manis lychee. Aromanya juga mengingatkan saya kepada aroma seduhan oriental beauty.
Tasting kedua, saya menggunakan metoda chinese style. 5 grm teh, suhu 90 derajat dan menggunakan gaiwan berukuran 125 ml, seduhan pertama sekita 20 detik. Hasilnya body lebih kuat dibanding sebelum, tetapi rasa manis lychee sedikit tertutup rasa sepet teh. Saya lupa, mestinya saya gunakan takaran 1 sendok makan saja, bukan saya timbang 5 gr. Seduhan kedua dan selanjutnya waktu seduhnya saya percepat. Tetapi bagi yang suka body yang lebih kuat, ratio seduhan ini tentunay lebih cocok.th
Teh ini staminanya lumayan kuat. Pada seduhan kempat rasa manis lychee masih terasa, tetapi aroma mulai berkurang. Baru pada seduhan kelima, aroma dan rasa teh sudah jauh menurun.
Kesimpulannya teh ini sangat luar biasa. Kalau tidak informasikan asal teh ini, tentu orang akan mengira ini bukan teh Indonesia. Teh ini juga sangat langka. Hanya bisa dipanen 10 hari sekali dalam satu bulan, dan setelah itu harus diistirahatkan selama 1 bulan. Satu kali panen hanya bisa diproduksi 30 gr saja. Itu sebabnya teh ini hanya dijual per 15 gr. Saya sungguh beruntung mendapatkan teh ini.
Terlepas apakah Cultivar Qing Xin atau bukan, saya lebih suka menyebutnya sebagai Oero 1601. Sebuah cultivar yang dirawat penuh kasih sayang dan di dedikasikan untuk seorang Ayah sebagai pendiri kebun teh pasir Canar, yaitu H. M. Oero.









Wednesday, 27 May 2020

Virtual Tea Time : Tea and Lebaran food pairing


Ini kali kedua Vikh mengadakan Virtual  Time. Tema kali ini adalah THR alias teh Hari Raya. Terutama tentunya pairingnya  yang berhubungan dengan Hari Raya Lebaran.
Virtual kali kedua ini diikuti sekitar 13 orang. Dari Jepang ada bu Neny dan Haruna, lalu dari Sumba ada ibu Mariana, Vikh dari Belitung, Koriana dari Malang, pak Robby dari Bandung, Indri dari Bekasi, saya dari Bogor. Dari Jakarta ada pak Filtrady, Ricky, Retna dan Bu Brenda. Lalu ada Ines dari BSD.



Kali ini saya memilih Oolong Bali. Karena teh ini tidak begitu ribet cara seduhnya.  Suhu asal panas, tidak masalah. Saya memang sangat menyukai  Oolong ini, karena memiliki aroma dan rasa yang khas. Sangat cocok untuk dipairing dengan segala macam makanan. Mulai dari Coklat, keju hingga kue-kue, baik itu asin maupun manis.  Aroma khas teh ini adalah aroma buah yang matang. Mengingatkan saya akan buah pllum yang masak. Sedangkan after tastenya adalah honey sweet dengan sedikit tasting note light spicy dari cinnamon.


Untuk alat seduhnya saya memilih Shiboridashi. Alasannya alat ini takarannya pas untuk personal. Praktis karena gaiwan maupun cup bersatu menjadi satu. Sediikit kelemahan dari Shiboridasi saya saringannya agak besar2 lubangnya, sehingga hanya cocok untuk full leave yang tidak banyak remukan daunnya.
Karena oolong saya hanya tersisa sedikit, saya perlu menyaring teh tersebut untuk membuang dust dan remukan daun yang kecil-kecil.

Untuk pairing, masih tersisa kue lebaran buatan istri. Kue ini sangat special karena istri saya hanya membuatnya satu tahun sekali, yaitu pas lebarang saja J
Ada tiga kue yang tersisa yaitu kastengel, kue kacang dan lidah kucing. Kastangel sudah terbayang rasa asinnya akan dienchance oleh si Oolong Bali. Sebenarnya yang paling juara adalah kue   Dan ketika dipairing, hasilnya sudah pasti juara. Karena kuenya enak, tehnya enak, jadinya double enak. Rasa manis dari kue ini akan dienhance oleh si Oolong.
kacang.
Lidah kucing, ini sebenarnya side effect saja. Seperti unexpected cookies, atau coincidence cookies. Betapa tidak, kue ini terpaksa dibuat karena ada banyak sisa-2 putih telur dari hasil resep kue lainnya, dari pada kebuang, begitu niatnya. Namanya juga sisa-sisa, berarti  tidak disiapkan bahan yang bagus. Seperti butter, misalnya, butter  wijman sudah habis duluan ketika bikin nastar dan kue lainnya. Dan ketika mau beli lagi, stock di toko kue sudah pada habis, karena sudah mendekati lebaran. So jadinya pakai butter yang murahan. 
Pendek kata, lidah kucing bukanlah kue istimewa.
Akan tetapi dibalik kesederhaan kue tersebut, saya malah memilihnya. Pasalnya ketika saya tasting, kue yang tadinya rasanya biasa-biasa saja, ketika dipairing dengan Oolong Bali, justru rasa butternya makin menguat, begitu juga dengan gurih telurnya. 

Jadinya kombinasi yang mempesona. Si Oolong kelas ningrat berhasil mengangkat martabat si Lidah kucing yang biasa-biasa saja menjadi sebuah kombinasi yang mempesona.

Friday, 7 July 2017

TEH CELUP

Ada satu pertanyaan menarik dari saudara Istanto, tentang teh Celup: apakah teh celup yg ada di pasaran mengandung bahan kimia, perasa, pewarna, atau apalah yg tdk baik bagi tubuh kita? Bagaimana jika dibandingkan dg teh tubruk?

Sebelumnya saya akan ceritakan sejarah tentang teh celup. Adalah Thomas Sulivan, seorang pedagang teh dari America yang memperkenalkan teh celup secara tidak sengaja.
Pada waktu itu, Thomas Bermaksud memberikan sampel2 teh kepada pelanggannya. Dengan tujuan kepraktisan, maka sampel-sampel teh tersebut dibungkus dengan kain sutra.




Tentu saja para pelanggan Thomas, merasa heran dengan sampel-sampel teh tersebut. Dan kebetulan, mereka sedang memasak air panas, maka sample tersebut langsung dicemplungkan ke dalam air panas yang sedang mereka masak. Ketika warna air sudah berubah, mereka langsung angkt kembali sample2 teh tersebut. Aha. Ternyata hal tersebut memberikan ide baru bagi pelanggan Thomas. Mereka ingin menjual teh dalam kemasan kantong tersebut.

Hanya masalahnya teh membutuhkan ruangan untuk mengembang Dengan ukuran teh premium dan kantong-kantong yang besar tersebut, tentunya akan susah untuk memasarkannya
Lalu mereka mencari akal, dengan mengecilkan ukuran tehnya, berarti ukuran kantongnya juga bisa dikecilkan
Saat sekarang kantong-kantong teh dibuat dari serat Abaca, dan yang terbaru dibuat dari kain nylon yang berbentuk pyramid, sehingga bisa dimasukkan ukuran lebih besar.
Mengorbankan ukuran tentunya memberi resiko mengorbankan aroma dan rasa, serta cafein yang terekstrak lebih cepat. Akibatnya teh akan cepat menjadi pahit, jika diminum tanpa gula
Kualitas rasa teh, salahnya ditentukan oleh grading teh dimana banyaknya pucuk dan daun muda, serta ukuran daun akan sangat berpengaruh terhadap kualitas rasa teh. Oleh karena itu, dapat dikatakan teh celup hampir selalu menggunakan kualitas daun teh yang lebih rendah
Kebanyakan teh celup menggunakan grading dust atau fanning. Ini grading terendah. Dust sendiri pada awalnya di dapatkan dari hancuran daun-daun premium yang ada di tong-tong penyimpanan teh. Akan tetapi sehubungan dengan permintaan dust yang meningkat, maka di pabrik juga menyesuaikan dan memproduksi grading sesuai permintaan pelanggan
Bagaimana dengan isue kantong teh celup yang menggunakan bahan kimia untuk memutihkan warna kantongnya?
Kalau pewarna saya rasa tidak kecuali Thai Tea. Teh sendiri mengandung pewarna merah natural yang sering digunakan oleh para tekstile . Zat warna paling banyak ada di teh hitam, daun tua dan batang.
Untuk perasa tergantung jenis tehnya. Untuk teh-teh rasa buah atau vanilla tentu semua didapatkan oleh perasa. Hanya kualitas perasa, apakah natural, identical atau artificial tentunya tergantung kualitas merk teh tersebut. Teh-teh murah, tentu menggunakan artificial. Cirinya aromsa tajam dan ada rasa yang menusuk di leher ketika teh diminum
Saya pribadi belum pernah mendapatkan laporan secara ilmiah kandungan kimia yang ada di kantong teh celup. Apakah ini sebatas isue atau benar, perlu dilakukan penelitian secara khusus
Saya pribadi hanya lebih konsen terhadap kualitas tehnya Kalau memang menginginkan kualitas teh lebih baik, gunakan loose leaf atau daun teh utuh. Walau tidak selalu teh tubruk lebih baik dibanding teh celup. Teh tubruk murah, tentunya akan banyak batang dan daun tua. Sedangkan teh celup yang bagus, terutama yang teh-teh import, walau finestnya halus, tetapi mereka tetapi menggunakan grade I yang biasanya terbuat dari pucuk hingga daun ke tiga
Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menyeduh tehnya Jangan biarkan kantong teh terendam terus menerus. Selain kafein yang terektrak akan lebih banyak, rasa teh juga akan menjadi pahit, dan kalau misal ada kandungan kimia dalam kantong teh akan terektrak lebih banyak. Cukup rendam 2-3 menit saja, lalu angkat. Demikian juga kalau menggunakan teh tubruk, sebaiknya disaring setelah 2-3 menit perendaman.

Sunday, 2 October 2016

KHASIAT WHITE TEA, HANYA MITOS BELAKA?


Beberapa tahun lalu, di Bandung terjadi diskusi kecil antara saya dan pak Dadan Rohdiana. Beliau adalah seorang peneliti teh dari Gambung.
“Menurut mas Bambang, apa yang membuat white tea sekarang begitu special dan banyak dicari orang”
“Marketingnya”, jawab saya sambil tersenyum.
“Benar mas. Marketing yang mempromosikan bahwa white tea memiliki kandungan anti oksidan paling tinggi. Memang tidak salah, tetapi ketika diseduh, katekin yang terektrak tidak terlalu banyak”

Bagi yang belum paham apa apa itu white tea, saya akan berikan gambaran. White tea adalah salah satu jenis teh yang dibedakan oleh proses produksi.
Secara proses sebenarnya white tea dapat dikatakan sangat sederhana. Petik kering lalu keringkan.

 Grade tertinggi white tea namanya silver needle. Teh ini hanya dibuat dengan bahan pucuk teh yang masih kuncup. Grade ke dua namanya White peony atau Pai Mutan. Teh dibuat dengan materi satu pucuk dan 2 daun. Sedangkan grade terendah white tea namanya Shomei. Ini terbuat dari remahan daun, dan juga daun daun tua.
Yang menjadikan white tea menjadi mahal karena memang jumlah pucuk teh Cuma sedikit. Dan semua lahan kebun diproses menjadi white tea, karena akan mengganggu produktitivitas.
Kandungan utama di teh adalah katekin dan theanin. Dimana katekin memiliki khasiat untuk antioksidan dan theanine berfungsi sebagai neotransmiter dopamin di otak, yang efeknya akan memberikan rasa relaks di otak.


Secara kontent, kandungan kedua senyawa ini paling banyak ada di pucuk dan daun muda, termasuk juga kafein. Kandungan ini akan berkurang seiiring dengan rangkaian proses produksi.
White tea, khususnya silver needle, dpt dikatakan kandungan katekin paling tinggi dibanding dengan jenis teh lain.

Fakta inilah yang sering dijadikan alat promosi bahwa minum white tea sangat bermanfaat karena kandungan antik oksidannya paling tinggi dibanding jenis teh lain. Faktanya seperti apa?
Secara teori,proses ektraksi juga dipengaruhi oleh besaran partikel daun. Makin kecil partikelnya proses ektraksi akan semakin cepat, begitu juga sebaliknya.

White tea, khususnya silver needle, masih terdiri dan utuh, belum mekar pula. Sehingga proses ektraksi sangat lambat. Banyangkan seperti ini, biji kopi tidak perlu di grind,  kemudian anda seduh dengan air panas. Seberapa banyak  anda bisa mendapatkan ektraksi kafeinnya?
“Menurut, saya kalau mau mendapatkan optimal katekin di white tea, tehnya harus di cacah dulu”, demikian pak Dadan pernah melontarkan idenya.

Iya, memang benar cara itu dapat mengekstrasi lebih banyak katekin, tetapi jangan lupa, dalam white tea kandungan kafeinnya juga tinggi. Sehingga selain katekin akan di dapat kafein yang tinggi juga.
Fakta lain, berbanding terbalik. Hasil penelitian laboratorium seperti yang dituliskan dalam beberapa jurnal kesehatan. Akan tetapi perlu diingat, bahwa penelitian tersebut di lakukan in vivo di laboratorium. Yang diambil adalah kandungan kafein dalam white tea secara keseluruhan, tetapi tidak dijelaskan bagaimana metode ektraksinya. Dugaan saya, karena yang diinginakan ekstraksi kandungan katekin yang optimal, maka cara memecah daun teh menjadi partikel lebih kecil adalah cara yang sangat masuk akal untuk dilakukan.

Dalam buku, TEA, HISTORY TERROIRES VARIETIES, nd edition, terbitan The Camelia sinensis tea house, ada satu bab yang khusus menjelaskan senyawa kimia dari masing-masing jenis teh.

Ada beberapa metode pengetesan. Untuk ektraksi teh rata-rata digunakan 5 gram,  air 500 cc (kecuali matcha Cuma 100 cc), waktu ektraksi bervariasi mulai 3.5 –hingga 6 menit (Khusus matcha hanya 30 detik).
TeaFamilyEGCGEGCCECECG
MatchaSendoGreen986522124
Long Jing Shi FengGreen60132821
Anji Bai ChaGreen47111410
Darjeeling Sungma st FlushBlack2951315
Sencha AshikuboGreen1816165
Mr. Changs dong dingOolong1618155
Dragon PearlGreen124146
Bai Hao YinzhenWhite30014
Assam BanapspatyBlack20112
Arti singkatan C = Cathecin EC: Epigalo Cathecin  ECG: EpiCathecin Gallat EGC: EpiCathecin Gallat EGCG : Epic Gallo Cathecin Gallat

Untuk kandungan antiokidan, saya kutipkan salah satu hasil pengetesan dengan metode ORAC
TeaFamilyAntioksidan
Matcha SendoGreen
3,100 µmoles
Long Jing Shi fengGren
2,425 µmoles
Anji Bai ChaGreen
1,175 µmoles
KamairichaGreen
1,050 µmoles
Darjeeling Sungma st FlushBlack
750 µmoles
Mr. Chang Dong DingOolong
550 µmoles
Assam BanaspatyBlack
500 µmoles
Sencha AshikuboGreen
425 µmoles
Bai Hao Yin ZhenWhite
300 µmoles
Dragon Pearl jasmineGreen
150 µmoles

Data dari table diatas tampak jelas bahwa ektraksi silver needle memiliki kandungan katekin yang cukup  rendah dibanding jenis teh lain,yaitu no. 2 dari bawah diantara 9 jenis teh.
Sedangkan konsentrasi antioksidan jugamenunjukkan hasil yang sama, nomor 2 dari bawah diantara 10 jenis teh.

Pertanyaannya, whort tidak kita mengkonsumsi white tea?

Dari awal saya mengenal teh, sudah saya tegaskan bahwa kita mengapresiasi teh karena keunikan rasa yang terdapat dalam teh tersebut. Lupakan soal manfaat. Saya sejak dulu juga tidak setuju kalau branding teh kita Cuma ditonjolkan manfaat kesehatannya.  Pada akhirnya kita malah bersaing dengan jamu.
Yang perlu ditonjolkan adalah keunikan teh tersebut, terutama rasanya.

Lalu apa keunikan Silver Needle?

Diatas saya kemukakan bahwa konten senyawa terbanyak ada di pucuk. Begitu juga dengan volatil2 dalam teh yang berperan dalam memberikan flavour dan aroma. Silver Needle memiliki flavour manis, dan aroma yang sangat delicated. Ada yang memiliki flavour buah, aroma bunga. Teh ini justru teh yang sangat aman untuk dijadikan daily tea, karena karakternya yang light.
Jadi menurut saya yang cukup whort untuk dibeli, karena rasanya memang luar biasa. Apalagi kalau diseduh dingin, luar biasa enaknya.

Friday, 20 June 2014

TWG: Tersesat di tengah belantara sosialita

Suatu hal yang menggembirakan hati saya adalah betapa sekarang pamor teh terus merangkak naik. Teh  sudah dianggap minuman berkelas sejajar dengan kopi, wine serta minuman berkelas lainnya.
Ini dapat dilihat dengan maraknya varians teh yang disediakan oleh cafe kopi. Starbuck, sebuah gerai kopi yang sangat terkenal berani mengakuisiis Teavana,s ebuah tea house dengan harga yang cukup fantastis.
Demikian juga dengan maraknya chatime di pelbagai mall, dan selalu membentuk antrian panjang bagi pembelinya. Minuman RTD mulai dari botolan dan gelasan sekarang menjadi satu bisnis yang cukup menggiurkan.

Kesemua produk teh tersebut, selain varians, market yang disasar juga berbeda. Mulai dari kalangan bawah, hingga kalangan atas.

Dalam  beberapa kesempatan, saya selalu mengungkapkan, berdasarkan pengamatan saya, market kelas dibagi menjadi 3 bagian:

  1.           Urban Pop (minuman RTD, teh celup lokal, teh tubruk)
     2.      Executive moderate (teh merk twinning, Dilmah, beberapa merk teh lokal seperti merk saya sendiri:  laresolo, Oza, dll)
     3.      Tea Connouisseur (Non brand single origin, Marriages freres, TWG, Daman Freres)
Kalau sebelumnya pasar yang ramai  dibidik adalah Executive moderate, sekarang tea connoussseur sudah mulai dilirik. Salah satu merk lama yang baru expansi ke Indonesia adalah TWG. 


Sepintas, sebelum orang mulai kenal dengan merk teh ini, orang akan menganggap TWG adalah singkatan dari Twinning, salah satu merk teh yang sudah exist lebih dari 200 tahun lalu di Inggris (tepatnya didirikan pada tahun 1706).
TWG sendiri didirikan di singapore, dengan mengambil position sebagai luxury tea. Tea housenya di design mewah. TWG merupakan singkatan dari Tea Wellness Group, didirikan Murjani pada tahun 2003, yang merupakan induk dari TWG tea yang didirikan oleh Manoj M. Murjani dan Toha Bouqdib pada tahun 2008. Saya ingat, sekitar tahun 2011 TWG hanya berupa Tea Shop di Grand Indonesia, tetapi sekarang menjelma menjadi tea house yang paling mewah di Jakarta

Belum lama ini saya di mendapat kehormatan untuk hadir pada acara launching TWG tea salon (demikian mereka menyebutnya) yang kedua, di Pasific Places.  Pada pembukaan salon pertama di Senayan City, saya juga hadir, hanya memang tidak seheboh yang kedua, terutam perihal undangannya: 600 undangan bo. Kalau satu orang bawa pasangan, yang hadir ada 1200 orang lebih.

Ini terbukti  ketika saya hadir tepat pukul 18.00, tampak antrian panjang mengular hanya untuk registrasi.  Dan registrasi ini cukup penting,  karena kita akan mendapat semacam kupon untuk mendapatkan goodie bag yang cakep.


Sayang sekali saya tidak dapat mengajak istri, karena harus bertugas sebagai baby sister, alias jaga anak-anak. Sayapun tidak tahu siapa saja teman dari komunitas pecinta teh yang hadir. Di saat mengantri saya sempat bertemu dan bertegur sapa dengan pak Tiko, salah satu manager di TWG.

Selesai mengisi registrasi, saya mulai celingak-celinguk mencari teman yang saya kenal. Saya coba telpon Umar, yang katanya mau hadir tetapi belum tiba. Memang benar-benar, sebagian besar dari  tamu wajahnya tidak asing bagi saya, alias saya kenal beberapa. Tetapi masalahnya, MEREKA TIDAK KENAL SAYA J
Saya lihat ada Daniel Mananta, Rianty Carlwright, Denada, Dominique, tengku Zacky, Laura Basuki, pak Wimar witular, Dessy Anwar,  Marissa Anita dan beberapa wajah lain yang akrab saya lihat di media . Saya benar-benar merasa tersesat di tengah belantara sosialita J







Kemudian disebuah pojok, saya lihat ada satu wajah yang saya cukup familiar, tetapi juga tidak terlalu sering muncul di televisi, makanya saya agak susah mengingat namanya. Ketika pandangan saya edarkan kesamping, baru saya ingat ah itu Pak Bondan Winardo, dan tentu yang disebelah adalah Gwen, salah satu putrinya yang beberapa kali ikut menemani  pak Bondan di acara wisata kuliner.
Saya mengenal pak Bondan lama sebelum beliau ngetop dan menjadi celebrities. Dulu, sebelum beliau sibuk dan ngetop seperti sekarang, hampir tiap bulan pak Bondan mengundang teman-teman dari jalan sutra untuk ngumpul dirumah beliau di daerah Sentul City.
Akhirnya ketemu juga sosialita yang saya kenal dan mengenal saya J  Lumayanlah saya tidak merasa cengoh sendirian, ada teman yang bisa diajak ngobrol.
Setelah Umar dan Indri, teman dari komunitas pecinta teh menelpon, baru saya pamitan ke pak Bondan untuk menemui mereka.

SALNUM
Berdasar pengalaman sewaktu undangan launching teh Twinning, dimana saya saltum, saya tidak mau terulang lagi. Saya waktu itu memakai Tshirt dan jeans, dan ternyata jamuannya adalah jamuan teh ala inggris. Bisa dibayangkan dong, bagaimana dandanan orang inggris kalau sedang mengadakan afternoon tea. Celakanya saya diminta untuk berdansa dengan salah satu dancer yang mengisi acara. Pokoknya saya tidak mau mengulang lagi kejadian memalukan tersebut.



Undangan kali ini, memang ada dress codenya yaitu  red Carpet Galm. Ketika saya tanya ke Ratna Somantri, teman saya dari komunitas pecinta teh, dijawab pokoknya dandan yang paling keren aja. Repot juga. Jas sewaktu kerja di hotel sudah entah dimana. Yah,  paling tidak saya  harus pakai kemeja dan bukan celana jeans lagi J

Tetapi tertanya bukan saltum yang terjadi pada saya tetapi salnum (salah minum). Ceritanya begini:
Namanya juga tea party, tentu para waiter berikut tea sommelier hilir mudik membawa teh dan beberapa cake dan sandwich. Sudah tiga gelas es teh yang saya minum. Yang pertama red tea, kemudian fruit tea dan satu lagi saya lupa apa namanya. Nah kali ini yang muncul dengan gelas cantik. Ketika saya tanya itu teh apa, dijawab, tea cocktail. Kok ya dasar ndeso, saya mikirnya ya teh dengan ditambah soda begitu, yang memang sering saya buat dan saya sajikan di kedai teh saya, macam Sparkling Grey and Sour.
Ketika saya cium, hmm. .. it’s smell strength. Saya coba cicipi satu teguk, alamak kok rasanya langsung ngliyeng. Baru saya tersadar it’s should be alcohol inside the tea. Ketika saya konfirmasikan memang benar, itu campuran wine dengan tea. Oh my god, betapa saya telah melakukan beberapa dosa. Minum 3 gelas es teh (tentunya manis, dan saya hampir tidak pernah minum teh manis) dan seteguk alcohol  J
Alhasil saya tidak berani menghabiskan minum tea cocktail tadi, dan karena belum ada waitres yang muncul dengan membawa nampan untuk clear up the glass, jadilah saya tenteng terus gelas yang masih penuh tersebut, termasuk untuk bergaya ketika sedang berphoto. Lumayan untuk teman narsis J








Kalau dibandingkan dengan launching salon yang pertama tamu undangan memang lebih heboh,tetapi cakenya tidak seheboh yang pertama. Kalau yang pertama scone, sandwich, macaron dan aneka macam cake bersliweran, kali ini hanya beberapa cake, dan ditengah-tengah hanya ada satu macaron. Jadi siapa cepat dia dapat.

Akhirnya setelah mencoba beberapa jenis teh lain, kue, dan berphoto-photo narsis ria, kami pulang dan mendapat hadiah yang wah. Kita mendapat satu kaleng teh, yang nilai diatas 400 ribuan. Saya beruntung sekali mendapatkan red tea, yang memang saya suka. Red tea dari TWG adalah sebutan untuk Rooibos yang di blend dengan racikan khusus. Rooibos adalah satu herbal dari afrika selatan, yang sering disebut sebagai red tea, karena warna teh kering mapun seduhannya berwarna kemerahan.  Ini sungguh menginspirasi saya. Dulu saya pernah sajikan menu Rooibos, di kedai saya, tetap tidak banyak yang suka. Kesalahan saya adalah saya hanya menyajikan Roobos single origin. Dan ternyata ketika di blend, akan menghasilakan cita rasa yang sangat berbeda. Ini menginspirasi saya untuk mengekplore rooibos lebih jauh.



TEH SUDAH MENJADI MINUMAN YANG BERGENGSI
Saya ingat, dulu sering mendengar ada pameo yang mengatatakan bahwa minuman teh kalah gengsinya dibanding kopi. Bahkan kita mesti minta maaf ketika hanya mampu menyuguhkan teh kepada tamu.
Tetapi sekarang tampaknya trend teh di Indonesia mulai naik. Dengan hadir TWG di indonesia, paling tidak dapat menyatakan bahwa minum teh itu bisa sangat mewah dan bergengsi. Teh minuman sehat para artis. Dan ini secara tidak langsung akan berdampak pada minuman teh kelas dibawahnya.
Sebagai contoh, hebohnya penjualan minuman Capcin (capucino cincau), adalah dampak tidak langsung ngetop minuman teh dengan bubble  yang sempat ngetrend di mall-mall.

Sekarang setiap cafe kopi pasti menyediakan teh, Sudah banyak beberapa kafe kopi di Surabaya, Bandung dan Jakarta yang minta supply teh dari Laresolo. Ini satu perkembangan yang menggembirakan.  
Harapannya, mereka yang pingin teh berkualitas, tetapi tidak mampu membeli teh dari TWG, mulai melirik teh Laresolo. Mereka akan mendapatkan teh yang dengan kualitas yang tidak terlalu jauh berbeda, tetapi dengan harga yang sangat jauh dibawahnya.











Semoga dengan kehadiran TWG di  Indonesia turut menggairahkan industri teh di Indonesia. Kalau saat ini hanya ada 2 macam teh di menu TWG, yaitu teh Malabar dan Taloon, semoga kelak akan lebih banyak lagi teh-teh unik lain di Indonesia di dalam daftar menu teh TWG. Hidup teh Indonesia.