Saturday 29 August 2009

Make a delicious bowl of tea

"Make a delicious bowl of tea", Itu jawaban pertama dari Sen No Rikyu ketika ditanya muridnya tentang hal yang terpenting yang harus dipahami dan tersimpan dari dalam pikiran kita ketika kita sedang melakukan tata cara upacara minum teh. Jadi tak heran kalau sensei Uchida, salah seorang pengajar Chanoyu di JF Indonesia mengatakan hal tersebut kepada muridnya, karena hal tersebut merupakan bagian dari Seven Rules of Rikyu's yang menjadi fondamental bagi seseorang yang berhubungan perilaku kita sewaktu latihan Chanoyu.


Walau tampaknya sederhana, tetapi membuat teh yang lezat, tampaknya begitu sederhana, tetapi sebenarnya membutuhkan effort, knowledge dan kesungguhan hati dari Otemae. Simplenya, untk membuat teh yang paling lezat, tentu kita sajikan teh yang paling mahal. Mahal disini bukan sekedar dari nilai uang yang kita gunakan untuk membeli teh tersebut, tetapi juga valueable dri teh tersebut. Apakah teh tersebut mahal karena kemasannya? Karena langka? Karena susah prosesnya? Karena dibuat dari bahan baku terbaik, lokasi yang baik, proses yang dan sebagainya.

Lalu apakah semua itu cukup hanya dengan memiliki teh terbaik dan mahal kita bisa menyajikan teh yang paling lezat?

Sayangnya teh-teh yang mahal (baca kualitas tinggi), seringkali membutuhkan pengetahuan dan treatment yang khusus. Kualiatas air, suhu yang tepat, lama seduh (khusus untuk Chanoyu tentunya keterampilan dalam menggunakan chasen), adalah langkah-langkah berikutnya.

Untuk mengetahui ini semua, selain membutuhkan ilmu tersendiri juga pengalaman dan jam terbang. Bagaimana kita tahu teh tersebut yang terbaik, kalau belum mencoba yang kurang baik. Kita juga mesti tahu, bagaimana seharusnya teh tersebut diproses.

Jadi make a delicous bowl of tea, lebih bermakna filosofis, untuk menunjukkan kesungguhan dan terlebih passionate kita untuk membuatnya.

Chanoyu atau Chado bukan sekedar ritual ceremony dalam bahasa simbolisasi, melainkan sebuah jalan hidup yang memang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip dasar dari Rikyu, yaitu Wa (keselarasan), Kei (rasa hormat), Sei (kesucian) dan Jaku (ketenangan) itulah dasar-dasar kita dapat menjadi otemae yang baik.

Dalam sebuah ceremony, beberapa memang dilakukan dalam simbolisasi. Seperti Keselarasan peralatan yang digunakan, yang mesti disesuaikan dengan musim sesuai kehendak alam. Keselarasan gerak, yang presisi namun penuh nilai seni tinggi. Seorang Otemae seperti Uchida, dimata saya gerakannya seperti penari yang lembut, tetapi tegas dan khidmat.

Rasa hormat, diaplikasikan dengan beberapa macam cara hormat seperti Sin, So atau Gyo. Tetapi prinsip dasar dari rasa hormat disini adalah sincerity, atau ketulusan untuk membawa kita kesuatu hubungan yang terbuka dan intim dengan lingkungan, kemanusian dan alam.

Tanpa rasa hormat dan ketulusan hati, niscaya sulit kita dapat menyajikan teh dengan baik, yang mesti dilakukan dengan tata cara dimana dimata orang awam terlihat ribet dan lama. Begitu juga sebagai tamu, tanpa ada rasa hormat dan ketulusan, sang tamu tidak akan dapat menikmati teh yang disajikan. Karena kesemua itu tidak hanya dinikmati di mulut, tetapi juga dipikiran dan dihati.

Kemurnian, dapat terlihat dari awal penyajian disiapkan, mulai dari merendam chakin (lap chawan) dan chasen (pengocok teh) dalam air panas, kemudian simbolisasi pembersihan Natsume (tempat teh), Chashaku (sendok teh), Chawan (mangkok teh), dan Chasen. Dalam upacara lengkap, bahkan simbolisasi ini dimulai ketika kita masuk pintu gerbang menuju Chasitsu (rumah teh), dimana kita sudah disediakan Tsukubai (tempat simbol pembersihan).
Di tempat ini disediakan air di dalam wadah batu, lengkap dengan peralatan pembersihan lainnya.

Kesemua itu dilakukan dalam suasana penuh ketenangan dan kedamaian, jauh dari hiruk pikuk dunia. Dalam ketenangan, di dalam ruang penyajian teh, kita seakan masuk ke dalam dunia microcosmos penuh dengan kedamaian. Dalam ketenangan kita renungkan kembali, sejauh mana Wa, Kei dan Sei telah dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

Qualitea life

Belum lama ini, saya, Ratna Somantri, Julian dan Renny, mewakili milist pecinta teh, mendapat kehormatan untuk menghadiri acara launching Teh Celup Sosro dalam kemasan baru dengan tajuk TEACHNOLOGY CELEBRATION, dengan tagline Qualitealife.

Acara ini diselenggarakan oleh Gunung Slamat, yang memproduksi teh celup Sosro, dan juga teh lainnya (Teh Cap Botol, Teh Cap Poci).

Tentu kami merasa bangga bahwa perusahaan sebesar group Sosro turut mengundang kami. Paling tidak kami merasa, milist pecinta teh kami sudah di dengar oleh perusahaan sebesar Gunung Slamat.

Dalam presentasinya, pak Soehartono Gunawan, marketing Director Gunung Slamat mengatakan bahwa dengan dedikasi selama 70 tahun di dunia teh, mereka sangat berkomitment dengan kualitas. Komitmen ini didukung dengan kepemilikan kebun sendiri, sehingga mampu mendapatkan source teh yang berkualitas, yang mereka lakukan mulai dari awal pembibitan sehingga didapatkan bahan mentah teh basah yang berkualitas yang nantinya dioleh menjadi teh kering. Dukungan lain kepemilikian pabrik modern yang menggunakan tehnologi modern dan sistem kualitas.

Management Sosro secara umum, selain terkenal memiliki jaringan distribusi yang handal, mereka handal dalam strategi pemasaran yang selalu mengikuti perkembangan jaman.

Berawal dari kepercayaan mereka bahwa budaya minum teh sudah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya, mereka mencoba terus mengikuti gaya hidup masyarakat yang terus berkembang.

Khusus untuk teh kering Celup Sosro, mereka mencoba menghubungkannya dengan gaya hidup modern yang mobile. Dengan target market wanita usia 19-49 tahun, kaum urban dan modern moms, mereka mencoba memadukan teh dan gaya hidup dengan Miracle Packaging concept yang diharapkan dapat memberikan sentuah emosi, gampang diingat, interaktif dan menambah pengalaman.

Berkaitan dengan perkembangan gaya hidup modern yang mobile, mereka memanjakan pelanggan setia teh Celup Sosro dengan mengeluarkan aplikasi Handphone yang merupakan qualitea life mobile guide. Aplikasi tersebut berisi fitur-fitur menarik dan bermanfaat mengenai cerita-cerita yang mengundang inspirasi, wisata budaya, wisata kuliner, hotel serta percakapan dalam bahasa setempat. Untuk saat ini baru Jakarta, Bandung dan Bali yang masuk ke dalam directory.

Untuk menunjang semua itu, mereka juga merubah kemasan dengan tema Augmented Reallity, yang merupakan terobosan tehnology yang memukau yang diharapkan dapat menampilkan ”Keajaiban kemasan teh celup Sosro”, menjadi sebuah kemasan yang hidup.

Sebuah strategi marketing yang sangat menarik. Walaupun begitu saya akan memberikan catatan sesuai dengan opini saya terhadap dua program mereka, Qualitea Life Mobile Guide dan Augmented Reality.

Menawarkan aplikasi dalam gadget untuk penunjang gaya hidup modern memang sangat menarik. Hanya saya masih belum begitu mengerti sejauh mana hal ini akan memberi efek terhadap teh celup Sosro.

Sebelum memberikan pandangan saya terhadap program ini, saya akan mengelompokkan pasar-pasar para peminum berdasarkan versi saya.

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman saya, golongan kelompok peminum teh, saya bagi menjadi tiga bagian, yaitu Tea Connoisseur, Executive moderate dan Urban Pop.

Tea Connoisseur saya kelompokkan untuk mereka yang sangat mengerti tentang teh, memiliki waktu dan mau menyeduh teh dengan tata cara tertentu sesuai dengan jenis teh ataupun budaya menyeduh teh yang berbeda-beda di masing-masing negara. Paling tidak mereka memiliki pengetahuan, tentang hal tersebut. Kelompok ini begitu concern terhadap kualitas teh, sehingga mereka hampir selalu menggunakan teh kering, bukan teh celup.

Executive moderate saya kelompokkan untuk mereka yang menyukai teh-teh Import, terutama teh Inggris. Mereka biasanya lebih mengenal merk dari pada jenis teh. Teh-teh bermerk terkenal seperti Twining, Tetley atau Dilmah sangat mereka gemari. Kelompok ini di dominasi kalangan menengah ke atas, kaum executive yang suka nongkrong di Cafe-cafe.

Urban Pop saya kelompokan untuk mereka yang gaya hidupnya lebih ngepop, sebagian kalangan komuter yang banyak menghabiskan waktunya di jalan,.

Sebagian dari mereka terjebak dalam pola hidup tidak sehat, stress karena presure pekerjaan, sering makan makanan junk Food, pola makan tidak teratur. Mereka mulai tahu dan sadar bahwa minum teh cukup bermanfaat buat kesehatan, dan menganggap minum teh adalah sebagai penyeimbang dari pola hidup mereka yang kurang sehat. Mereka juga suka hal-hal yang praktis yang tidak buang-buang waktu.

Dalam kelompok versi saya, peminum teh Celup Sosro masuk dalam golongan Urban Pop. Sedangkan dalam target market versi Gunung Slamat, golongan yang mereka bidik adalah gabungan executive moderate dan Urban pop.

Sekarang saya coba bahas, bagaimana program Qualitea life dan Augmentend really, dalam hubungannya dengan target market yang dibidik.

Pertama soal kemasan, sebagai orang yang dapat dikatakan awam terhadap design, saya memang tidak menemukan sesuatu yang baru dalam perubahan kemasan mereka. Bahkan, kalau tidak membandingkan dengan kemasan yang lama, tidak terlalu tampak perbedaannya. Penggunakan logo, gambar, pilihan Font dapat dikatakan hampir sama. Hanya warna yang memang berubah, dimana dalam kemasan lama warnanya sangat merah, dalam kemasan baru warnanya merupakan gradasi warna merah, oranye dan kuning. Kemasan baru memang terasa fresh dan modern. Evolusi kemasan (kalau dapat dikatakan demikian), memang merupakan salah satu strategi yang digunakan. Menurut pak Daniel Surya, Country Director dari the Brand Union Jakarta, walau kemasan baru, tetap tidak melupakan asal muasal.

Walau secara sekilas tidak ada perubahan yang mencolok, tetapi sebenarnya kemasan baru tersebut secara tekhnologi dapat dikatakan revolusioner. Mereka menyebutnya Augmented Reallity. Dengan bantuan tehnologi komputer, setelah kita menginstall software khusus di komputer kita, kemasan tersebut mampu menampilkan gambar bahkan video.

Dengan mengarahkan webcam pada kemasan Teh Celup Sosro, di komputer kita seakan memunculkan suatu gambar rahasia yang tersembunyi di balik kemasan. Entah mungkin karena saya melihatnya sepintas, atau memang ini masih dalam taraf pengembangan, gambar atau video yang ditampilkan dalam keajaiban kemasan tersebut, belum memberikan pesan khusus.

Padahal gambar-gambar tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana edukasi, mengenai manfaat teh misalnya. Atau tip trik cara seduh teh yang baik dan benar.

Kedua qualitea life mobile guide, tentunya merupakan sebuah kebutuhan bagi mereka yang selalu mobile.

Anda dapat mengunduh fasilitas ini secara gratis lewat www.qualitealife.com ke ponsel Anda. Bluetooth, infrared, data kabel dari ponsel dan komputer anda dapat menginstall program tersebut ke dalam ponsel anda. Dalam program in janda akan mendapatkan fitur-fitur direktori tempat-tempat, seperti lokasi dan peta restoran, hotel, tourist spot, lokasi budaya dan wisata, bahkan ada daftar nomor telepon darurat.

Sebuah usaha yang cukup menarik untuk meningkatkan citra teh celup Sosro.

Ibu Meicy, dari Gunung Slamat menjelaskan, bahwa untuk kualitas tehpun dilakukan peningkatan kualitas. Kalau dulu digunakan grade dust, sekarang sudah digunakan grade fanning.

Akan lebih mengesankan lagi, kalau perubahan kemasan juga dibarengi peningkatan kemasan di dalamnya.

Beberapa kelemahan dasar produk-produk teh Indonesia adalah tidak diperhatikannnya kemasan sebagai alat untuk menjaga aroma dan rasa teh itu sendiri.

Teh, seperti halnya kopi, kesegaran daun teh keringnya harus selalu terjaga. Musuh utama dari teh adalah udara dan cahaya langsung. Selain itu sifat teh juga menyerap aroma yang ada disekitarnya. Itu sebabnya beberapa produk teh kualitas tinggi selalu membungkus teh dalam kemasan aluminium foil. Kemasan ini, hingga saat ini masih merupakan bahan terbaik untuk melindungi teh dari oksidasi udara dan pengaruh aroma dari luar teh.

Kebanyakan, teh-teh kita hanya dibungkus plastik bening, atau sekedar dimasukkan begitu saja ke dalma kemasan luarnya. Dapat dibayangkan, perjalanan panjang teh hingga sampai ke tangan pembeli akhir, harus melewati beberapa moda angkutan. Kemudian di tangan pengecer, melewati beberapa macam ruangan dengan aneka aroma segala rupa. Ketika dipajang di supermarketpun bercampur dengan aneka aroma lain yang ada disana.

Pada saat teh tersebut pindah ke tangan pengguna akhir, di tempat penyimpanan keluarga, boleh jadi teh tersebut disimpan di dapur, dimana disana sudah menunggu aroma bumbu masak lainnya.

Seringkali saya mendapatkan teh-teh yang semestinya tidak terlalu buruk, tetapi dengan sangat sederhanya kemasan, membuat teh ini cepat berbau apek.

Nah dengan adanya perubahan kemasan dan tehnologi, peningkatan kualitas produk yang digunakan, juga inner kemasan, mestinya akan menjadikan teh Celup Sosro bisa berdiri setingkat di atas pesaingnya.