Pada awalnya, sebenarnya saya kurang begitu suka dengan aroma mint. Sampai akhirnya, saya mencoba teh yang diblend dengan daun mint, selera saya jadi berubah.
Saya pertama kali mengenal blend teh dengan daun mint, ketika ada acara Warna-warni teh Indonesia, dimana pada waktu itu bekerja sama dengan jalansutra, saya dan Ratna Somantri ikut pameran dan mengisi talk show tentang teh.
Salah satu koleksi teh Ratna Somantri yang dipamerkan saat itu adalah Morrocan mint tea, keluaran Twinning. Morrocant mint Twinning merupakan blend teh hijau grade Gun Powder1, dengan daun mint kering. Satu hal yang membanggakan (atau mungkin menyedihkan), teh yang digunakan, produksi perkebunan teh Dewata di daerah Jawa Barat.
Morrocan mint, merupakan teh yang sangat digemari dan menjadi budaya ngeteh tersendiri di daerah Afrika Utara dan sebagian Arab. Teh ini disebut sebagai Tuareg Tea. Dalam dialel Arab disebut sebagai Attay
Teh yang digunakan adalah teh hijau pan Frying, grade Gun Powder atau Chunmee, kemudian ditambahkan daun mint segar dan gula. Cara penyeduhan, kurang lebih sama dengan penyeduhan teh wangi ala
Step pertama penyeduhan, mirip dengan penyeduhan teh china, seduhan pertama dibuang airnya untuk menghilangkan debu yang timbul akibat rusaknya teh selama transportasi, dan juga sedikit mengurangi rasa sepat. Kemudian ditambahkan gula dan daun mint segar, seduh sekitar 3-menit, tuang ke gelas. Terkadang dari gelas, tuang kembali ke teko, tuang ke gelas, diulang sampai tiga kali supaya rasanya lebih tercampur.
Teko yang digunakan adalah teko tradisional dengan leher panjang berbentuk V. Dengan teko model seperti itu,memungkinkan teh dituang ke dalam gelas kecil dari ketinggian sekitar ½ meter, sehingga teh yang tertuang di cangkir akan sedikit muncul busa dipermukaannya.
Saya mulai menyukai mint tea, ketika bersama teman-teman dari milist pecinta teh berkunjung ke kebun teh Dewata, sebelum terjadi bencana longsor. Disana kami disuguhi teh hijau Yabukita, dengan ditambahkan daun mint segar. Entah karena suasana yang dingin, daun mint terasa sangat menyegarkan dan membuat lebih fresh.
Pada waktu itu saya juga baru tahu, kalau ternyata di
Beberapa waktu yang lalu, pak Robby Baddudin, pemilik kebun teh Dewata, memberi saya sample Teh hijau mint produksi mereka sendiri. Berbeda dengan Morrocan minta buatan Twinning, grade yang digunakan kali ini adalah Chunmee. Sedangkan daun mint yang digunakan diambil dari kebun sendiri, yang kemudian dikeringkan.
Perbedaan Gun Powder dan Chunmee adalah bentuknya. Gun Powder berbentuk bulat-bulat, sedangkan chunmee bentuknya memanjang. Ketika saya buka kemasannya, aroma mint langsung menyeruak menyegarkan.
Segera saya siapkan air mendidih untuk menyeduhnya. Saya bilas sebentar dengan air mendidih untuk mengurangi debu remukan teh yang rusak. Karena saya tidak minum teh manis, lama seduhan Cuma sekitar 90 detik saja. Dengan waktu seduh 90 detik, aroma teh dan mint sudah keluar, tetapi rasa sepat khas teh hijau assamica tidaklah terlalu mengganggu. Kecuali kalau memang mau ditambahkan gula, seduhan bisa dilakukan 3-5 menit.
Segar sekali rasanya. Aroma mint dan rasa khas sepat teh
Sebenarnya anda bisa menambahkan sendiri daun mint segar kedalam teh hijau anda. Cuma agak hati-hati, jangan sampai daun mintnya kena panas langsung. Ini akan mengakibatkan daun mint berwarna kehitaman, dan baunya agak kurang menyenangkan. Sedikit kelemahan menggunakan daun mint segar, teh tidak bisa diseduh lebih dari satu kali. Seduhan kedua, aroma daun mint sudah kurang nyaman. Kecuali anda ganti daun mintnya dengan yang baru.