Wednesday, 23 January 2008

Teh hitam Tambi


Pertama kali saya mengenal teh Tambi adalah ketika hendak melakukan tea class khusus teh hitam bersama mbak Ratna Soemantri pemilik tea Galery. Teh tersebut dikirim oleh mas Purna, salah seorang teman dari milist jalansutra. Sayang sekali teh yang dibawa pada saat itu tampaknya sudah agak terlalu lama mengalami penyimpanan dan tidak disimpan secara baik, tetapi hanya dibungkus plastik biasa. Pada waktu itu saya masih belum bisa mengeksplore rasa teh tersebut, karena rasa yang ada mengalami reduksi yang cukup signifikan. Pada waktu itu yang saya rasakan adalah aroma tembakau yang cukup tajam, sehingga saya sempat mengira teh tersebut mengalami induksi aroma lain dari luar. Saya sempat menduga dan bertanya-tanya, apakah kebun tehnya berdekatan dengan tembakau?

Saya sempat bertanya kepada mertua mas Purna, yang kebetulan adalah mantan direktur dari PT. Tambi. Menurut beliau, kemungkinan terinduksi atau lebih tepatnya beliau menyebut sebagai Tainted Tea dikarenakan beberapa kebun teh berdekatan dengan kebun rakyat yang diantaranya adalah kebun tembakau.

Akan tetapi beberapa pengalaman saya mencoba teh yang sudah kadaluarsa, ternyata memiliki rasa dan aroma tembakau yang cukup tajam. Jadi kesimpulan sementara saya kemungkinan aroma tembakau pada teh tambi yang saya coba pada waktu itu dikarenakan teh tersebut sudah kadaluarsa. Yang perlu dicatat, pengertian teh kadaluarsa disini bukannya teh tersebut tidak bisa diminum lagi dan beracun, tetapi teh tersebut sudah mengalami perubahan rasa dan aroma yang cukup berbeda.

Untungnya tak berapa lama kemudian mas Purna mengirim saya lagi teh Tambi dalam kemasan yang lebih baru. Tidak tanggung-tanggung, bukan cuma satu malah ada tiga macam varians teh tambi yang saya terima pada saat itu. Sekarang mari bersama-sama kita ekplore teh tambi tersebut.

Perkebunan teh Tambi, di bangun sejak tahun 1865, merupakan peninggalan salah satu perusahaan milik Belanda yang diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia, seusai revolosi kemerdekaan. Teh tambi di tanam di lereng antara Gunung Sumbing dan Sindoro yang memiliki ketinggian 800 hingga 2000 meter di atas permukaan laut. Dengan curah hujan 2500 – 3000 mm pertahun, dan luas areal sekitar 829 ha, perkebunan ini mampu menghasilkan teh hitam dengan produksi 1800 sd 2000 ton per tahun.

Seperti halnya dengan perkebunan teh Indonesia lainnya, sebagian besar hasil diproduksi di ekpor ke luar negeri. Dan tentunya teh yang kualitas nomor satu yang di ekpor, sedangkan teh kualitas rendahnya kebanyakan diserap oleh pasar Indonesia.

Tetapi teh Tambi juga memasarkan teh kualitas BOP dan peko Souchong dalam kemasan, selain teh celup dengan merk tambi. 3 varians teh yang saya terima dari mas Purna adalah teh Tambi Broken Orange Pekoe, Pekoe Souchong dan BPS (Broken Pekoe Souchong?). Saya baru mencoba 2 varians yaitu BOP dan PS.

Satu hal yang saya perlu apresiasi terhadap teh tambi adalah adanya usaha edukasi. Selain menyebutkan Grade teh di kemasan juga ditulis cara untuk cara menyeduh teh yang baik dan benar. Berikut saya kutip petunjuk menyeduh teh ala tambi dari kemasannya:


1. Bersihkan dahulu poci dengan air mendidih.
2. Masukkan teh satu sendok makan ke dalamnya.
3. Tuangkan air mendidih secukupnya.
4. Tunggu 5-6 menit sebelum dituangkan ke dalam gelas/cangkir
5. Jangan membiasakan menyekap teh dalam termos.


Sekalipun tata cara tersebut terlalu sederhana, dan mungkin tidak dapat dimengerti secara jelas, tampak adanya usaha edukasi. Salah satu kekurangan dari petunjuk di atas adalah takaran air. Satu sendok makan untuk berapa ml air? Secukupnya kemungkinan adalah disesuaikan dengan selera, kalau mau pekat airnya dikurangi.

Satu hal lagi kekurangan dari teh ini adalah design kemasan yang terlalu sederhana dengan warna yang tampak oldies. Gambar wayang yang semestinya bisa menjadi teh ini tampak klasik dan elegan, karena design dan warna yang sederhana, kesan tersebut malah tidak ada. Kekurangan lain yang cukup fatal adalah daun teh kering hanya disimpan didalam plastik bening biasa, sebelum dimasukan ke dalam kemasan utama. Sayang sekali, teh kualitas bagus semestinya dikemas dalam alumininium foil, sehingga rasa dan aroma lebih lama terjaga keawetannya.

Rasa dan teh Tambi kualitas BOP cukup lembut, dengan semburat wangi yang terasa menyergap indera penciuman. Bahkan aroma wangi ini sudah tercium ketika teh baru dituang ke cangkir. Ketika di dalam mulut, wangi makin mempesona dan ketika diminum, aroma wangi turut serta bersama nafas dan seakan berputar tidak mau beranjak dari rongga hidung. Aroma wangi bahkan masih samar tertinggal di bekas cangkir teh. Dengan after taste manis, teh Tambi telah membuat saya jatuh hati.

No comments: