Tuesday 23 October 2007

Teh Malino, Teh Hitam dari Gowa, Sulawesi


“Sudah pernah coba teh Malino? Gimana ya rasanya?”, tulis Ervita , salah seorang teman dari jalan sutra dalam emailnya. “Nanti aku coba beli, karena kebetulan mertua saya dari sana. Kalau sudah dapat, nanti saya kabari bapak untuk dibagi”.
Wah, siapa yang mampu menolak tawaran menggiurkan begini. Dan minggu lalu, saya janjian makan siang dengan Ervita untuk mengambil oleh-oleh teh Malino tersebut.
Saya memang tidak berharap terlalu banyak untuk mendapatkan teh kualitas tinggi, karena hampir semua perkebunan teh di Indonesia hanya menjual teh kualitas tinggi mereka ke luar negeri. Untuk lokal, cukup kualitas dibawahnya saja.

Kemasan teh Malino sangat sederhana. Hanya terbuat dari kantong kertas coklat, dan ditempel dengan merk Malino berwarna hitam. Di dalam kantong, terdapat kemasan aluminum foil pembungkus teh tersebut. Di depan Ervita, kemasan tersebut langsung saya buka. Aroma yang tercium hanya slighty wangi. Ketika saya tabur sebagian di atas tisue, tampak butiran berwarna hitam, tetapi kebanyakan dalam ukuran kecil. Dari bentuk butiran daun, terlihat teh ini diproses dengan mesin Orthodox. Dugaan saya grade teh ini adalah grade I, dengan finest campuran antara sedikit BOP, dust dan fanning.

Tidak banyak informasi yang saya dapatkan dari hasil googling teh ini. Dalam situs resmi mereka, http://malino-tea.com, hanya diceritakan sedikit sejarah perkebunan teh ini, dan sedikit pengetahuan teh umum. Proses pembuatan teh juga dicantumkan, tetapi hanya photo belaka tanpa keterangan teks sedikitpun.

Teh Malino dihasilkan dari kebun teh di dataran tinggi moncong, Gowa, Sulawesi Selatan. Pendirian perusahan teh ini ini merupakan hasil kerja sama dari Mitsui Norin Co. Ltd dan PT. Dharma Incharcop Coy, sebagai share holder, dengan bendera PT. Nittoh Malino Tea.

Sampai di kantor, saya tak sabar untuk mencoba teh ini. Dengan menggunakan tea infuser, tampak jelas banyaknya grade dust yang dicampurkan. Ini tampak dari banyaknya butiran teh seperti debu yang keluar dari tea infuser. Tidak jauh beda dengan aroma teh keringnya, setelah diseduh juga tidak terasa aroma apa-apa. Rasanya cenderung agak flat, hampir mirip dengan teh Kajoe Aro dalam kemasan.

Ah, seandainya saja saya bisa mendapatkan kualitas BOP murninya, tentu ceritanya akan berbeda.

Terima kasih ya Ervita, untuk sharing tehnya.

1 comment:

berita cpns said...

Terimakasih atas reviewnya tentang teh Malino ya :)