Sunday 16 November 2008

The Way of Tea (2)


Pada awalnya, ketertarikan saya dengan Chanoyu hanyalah sebatas ingin ikut dalam Ceremonynya saja. Di dukung oleh minat teman-teman dari milist pecinta teh untuk dapat mengikuti acara ini, salah satunya adalah Frisca Saputra, saya direkomendasikan untuk menghubungi ibu Nurul Japan Foundation

Gayung bersambut. Atas usulan saya, Japan Foundation malah berniat membuka kelas Kursus Chanoyu. Kelas ini untuk umum, dan sudah barang tentunya tempatnya terbatas. Untuk hal itu, karena saya yang mengusulkan, saya mendapatkan kehormatan untuk mendapatkan informasi lebih awal, tetapi prosedur pendaftaran tetap sama berlaku seperti umum, yaitu kita mesti datang sendiri dengan ketentuan siapa cepat dia dapat.

Benar saja, ketika saya datang 1 jam setelah jam pendaftaran dibuka, saya sudah mendapatkan nomor 10, dari 15 tempat yang tersedia.

Hari pertama pelajaran, kami melihat dulu demo yang dilakukan oleh Uchida San. Dan karena saya duduk di paling depan, saya mendapatkan kehormatan untuk menjadi tamu. Sungguh menyenangkan, tetapi sangat menyakitkan. Betapa tidak, karena sebagai tamu mau gak mau harus duduk secara formal ala Jepang, dan itu membuat kaki bukan hanya pegal dan kesemutan, tetapi benar-benar menjadi mati rasa.


Seiza sitting style

Pelajaran pertama Chanoyu adalah cara menghormat dan cara berjalan.Cara menghormat ada 3 macam, yaitu Sin, Gyo dan So. Masing-masing cara menghormat digunakan sesuai kondisinya. Dari ketika cara menghormat tersebut, Sin merupakan cara penghormatan tertinggi yang paling formal.

Setelah belajar cara menghormat, kami diajari cara berjalan, cara duduk dan cara bangkit dari duduk. Hal terberat, bahkan dari semua pelajaran Chanoyu adalah cara duduk.

Ketika dilakukan upacara minum teh, baik Tuan rumah maupun tamu harus duduk dengan Seiza style. Ini adalah cara duduk paling formal, yang memang digunakan dalam agama zen untuk meditasi. Kita duduk bertumpu pada dua kaki, posisi pantat di atas tumit kaki, dimana telapak kaki kanan diletakkan di atas telapak kaki kiri. Dengan duduk seperti ini, kita lebih mudah mengontrol pikiran dan konsentrasi.

Bagi mereka yang tidak terbiasa dengan cara duduk Seiza, cara duduk seperti ini sangat menyakitkan. Kaki bukan hanya kesemutan, tetapi menjadi mati rasa. Ketika mencoba bangkit, kaki amat susah digerakkan dan sakit sekali. Perlu latihan yang inten dan continue untuk dapat duduk dengan cara seiza. Bahkan tidak semua orang Jepang juga mampu duduk Seiza dalam waktu yang lama.

Saya sendiri melakukan latihan duduk seiza dengan cara mengaplikasikannya dalam ibadah agama saya, yaitu sholat, berdoa, membaca quran dan mendengarkan kutbah jumat.Mulai dari tahan 1 menit, 5 menit, ½ jam, hingga akhirnya saya bisa tahan duduk seiza hingga kutbah jumat selesai.Dan satu hal yang saya rasakan manfaat nyata dari duduk seiza ini, yaitu konsentrasi. Kalau biasanya saya duduk bersila, sementara Khotib berkotbah dengan penuh semangat, tidak membutuhkan waktu yang lama bagi kepala saya untuk terkulai ke depan dan terbang ke alam mimpi maya Kesadaran baru tergugah ketika kotib membaca doa, atau bahkan ketika qomat sudah dikumandangkan.
Dengan duduk seiza, konsentrasi lebih terjaga, dan nyatanya saya bisa terjaga hingga kotbah usai.

Semula saya sempat khawatir, cara duduk seiza yang saya aplikasikan dalam ibadah saya ini melanggar aturan dan dikatakan bid’ah. Untuk memastikannya, saya berdiskusi dengan kakak saya, yang nota bene ilmu agamanya sudah cukup tinggi, sehingga dapat saya percaya untuk menjadi tempat bertanya.
Jawaban kakak saya membuat saya terkesima. Ternyata duduk seiza juga ada dalam ajaran agama islam. “Namanya iftiros”, begitu penjelasan kakak saya.
“Bahkan dalam suatu riwayat, diceritakan pada pernah pada waktu Nabi Muhammad menerima wahyu dari Jibril, mereka duduk berhadapan, duduk iftiros dan lutut saling menempel. Duduk iftiros juga dilakukan ketika kita duduk di antara dua sujud ketika sembahyang”, lanjutnya.”Saya sendiri, ketika berdoa juga lebih suka dengan duduk iftiros, daripada bersila. Lebih konsentrasi”

Alhamdulillah. Ternyata aplikasi latihan yang saya lakukan memberikan manfaat, bahkan menyadarkan saya dari beberapa kekeliruan. Seperti duduk di antara dua sujud, biasanya saya lakukan seperti halnya duduk tahiyat awal, padahal seharusnya duduk iftiros.

Photo-photo lengkap klik
Chanoyu Demo & Farewel
dan
Chanoyu: Ujian di Japan Foundation

1 comment:

Anonymous said...

duduk iftirosy itu duduk dengan menegakkan kaki kanan dan membentangkan kaki kiri kemudian menduduki kaki kiri tersebut. sedangkan kalau seiza itu membentangkan kedua telapak kaki ke belakang. ya jelas beda.