Teh hijau Jepang adalah teh yang unik dan memiliki rasa dan aroma yang unik pula. Negara Jepang merupakan negara kepulauan yang tentu saja dikelilingi oleh lautan. Kondisi geographis inilah yang mempengaruhi cita rasa teh hijau jepang yang memiliki aroma rumput laut, dengan rasa yang sedikit amis. Aroma dan cita rasa ini, juga dipengaruhi oleh masa dimana teh tersebut di panen.
Itu sebabnya, pengelompokan kualitas teh hijau Jepang, selain dari ukuran daun juga ditentukan oleh waktu panen. Pengelompokan lain, juga dibedakan apakah sebelum dipanen, pohon teh tersebut diberi naungan penuh atau tidak.
Sencha adalah teh hijau jepang yang paling dikenal. Bentuknya yang lurus, seperti jarum kecil-kecil, dengan warna hijau Jamrud.
Sencha yang di panen pertama (sekitar bulan April), dinamakan Sincha. Ini merupakan teh sencha kualitas terbagus, walaupun juga masih terbagi lagi dengan utuh tidaknya daun. Makin utuh daun, makin bagus kualitasnya. Kalau makin banyak bubuknya, berarti bukan kualitas terbagus. Bubuk ini selain memberi warna seduhan lebih gelap, juga menyebabkan rasa teh lebih pahit.
Belum lama ini saya mendapat kiriman Sincha dari ibu Lim Kim Soan, sahabat saya dari Milist Pecinta Teh . Beliau memang tinggal di Jepang, sehingga acap kali kalau ada teman beliau yang datang ke
Sincha, harus disimpan di dalam refrigerator, kalau tidak aromanya akan cepat hilang. Agar supaya tidak terpengaruh oleh aroma lain yang ada di dalam refrigerator, sebaiknya Sincha tetap di dalam bungkus aluminium foilnya, lalu dimasukkan lagi ke dalam wadah plastic. Lebih bagus lagi wadah tersebut wadah yang kedap udara.
Karena panenan pertama, aroma Sincha lebih kuat, dan warna daun tehnya juga berwarna jamrud. Saya biasanya menggunakan takaran 1 sendok teh, untuk air volume air sekitar 200 cc. Seduhan pertama 2 menit, seduhan kedua empat menit. Biasanya memang hanya 2 kali seduh, karena seduhan ketiga aroma dan rasanya sudah berkurang cukup banyak.
Sincha rasa cukup lembut, dengan aroma sea weed lebih halus. Sekalipun ada hint rasa pahit, tetapi after tastenya cukup manis.
Ampas Sincha, juga sangat lembut. Kalau dalam tulisan sebelumnya saya mencoba membuat peyek dari ampah Sencha, sekarang saya coba makan begitu saja ampas sinchanya. Sedikit mirip rasa bayam, dengan sisa aroam rumput laut. Rasa pahit juga sudah mulai menghilang (mungkin karena sudah diseduh 2 kali). Daunnya begitu muda dan lembut. Bahkan tangkai daunnya juga cukup lembut.
Kalau istri saya memiliki cara lain memanfaatkan ampas daun Sincha. Dengan dicampur sedikit telor, jadilah masker yang menurut beberapa penelitian, kandungan Cathecinnya memiliki manfaat anti oxidant yang cukup tinggi.
Jadi minum Sincha, bukan sekedar minum air seduhannya, tetapi juga sekaligus dapat dimakan daunnya, atau digunakan sebagai masker. Mudah-mudahan semua cathecin, baik yang sudah terektrak di air dan tersisa di ampas, masih cukup bermanfaat buat tubuh. Sebenarnnya kandungan cathecin teh hijau jepang, tidak setinggi kandungan cathecin teh hijau
5 comments:
saya suka sama blognya, banyak info tentang teh2 lokal yang ga bisa saya temuin di tempat2 lain :)
klo nyeduh teh-nya gimana mas? Sebulan lalu dapet kiriman teh, tapi mungkin cara-nya ga bener. jadi aneh rasanya...
Terima kasih sudah berkunjung Melisa. Ya, saya memang berupaya mengumpulkan teh Indonesia, kebanyak yang kualitas tinggi untuk bisa kita nikmati sendiri.
Dear Febi,
Peranan utama adalah suhu air. Jangan lebih dari 70 derajat. Lama seduh sekitar 90 menit.
nice info...
dri blog ini jadi banyak mengenal macam2 teh :)
terima kasih....
Post a Comment