Wednesday 6 May 2009

Rempeyek teh

Teh adalah minuman nomor dua di dunia setelah air putih. Di beberapa negara, teh bukan hanya sekedar minuman, tetapi juga dimakan. Dalam tulisan saya tentang teh Myanmar , pernah saya ceritakan bahwa di negara tersebut teh dibuat semacam asinan dan dibuat kudapan sambil menonton televisi.

Jepang merupakan jagonya teh hijau. Di negara ini, ditemukan sistem penghentian proses oksidasi dengan cara steam, sebagai pengganti cara pan frying seperti yang dilakukan di china. Dengan cara ini, selain menjaga kandungan cathecin tidak banyak terbuang dalam proses produksi, juga membuat warna daun teh menjadi lebih segar dan lebih hijau.

Dalam gambar, dapat anda lihat untuk teh Sencha, warna ampas tehnya lebih hijau dan segar. Sedangkan teh hijau Indonesia dan China, yang menggunakan sistem pan frying, ampasnya berwarna coklat.

Khusus untuk teh Jepang kualitas tertentu, ampas daun teh hasil seduhan, selain dapat digunakan sebagai bahan perawatan kecantikan (untuk masker misalnya), juga dapat dapat dimakan.


Kalau anda memiliki Sencha kualitas Fine,. Untuk daun teh Sencha kualitas tinggi, digunakan daun teh yang sangat muda coba anda kunyah ampas daun tehnya. Karena daun teh yang digunakan sangat muda, ketika dikunyah terasa lembut dan tidak pahit.. Nah, anda juga dapat mencoba membuatnya menjadi makanan.


Kebetulan sekali Istri saya sedang membuat risole, yang menggunakan bahan tepung terigu, mentega dan telur. Untuk percobaan, saya ambil sebagian adonan tadi, dan saya campur dengan ampas teh Sencha, lalu digoreng.

Hasilnya mirip dengan rempeyek teh. Tetapi, karena adonan tersebut dominan rasa telur dan menteganya, rasa tehnya memang kurang begitu terasa. Kemungkinan lain, karena teh tersebut sudah diseduh 3 kali, sehingga sudah banyak berkurang aroma dan rasanya.


Anda dapat saja berkreasi dengan mencampur ampas teh dengan bahan makanan lain, sebagai campuran pecel, asinan atau gado-gado misalnya?

Paling tidak, kita masih mendapatkan sisa-sisa cathecin yang mungkin masih terkandung di dalam ampas teh tersebut. Hanya yang perlu diperhatikan hanya daun teh yang benar-benar muda yang enak untuk dijadikan bahan makanan.

3 comments:

kangbayu said...

Jadi kepikiran buat diversifikasi produk perkebunan teh... atau di kita ini masih lebih menguntungkan teh dijadikan minuman saja ya mas?

Bambang Laresolo said...

Sekarang diversifikasi yang sudah dilakukan adalah ektrak cathecin dari daun teh. Bisa untuk pengobatan atau perawatan kecantikan. Beberapa perusahaan kecantikan sudah banyak yang menggunakan teh dalam produknya. Soal mana yang lebih menguntungkan, saya kurang tahu.

video naruto said...

diversifikasi teh ternyata banyak ya....selain untuk pengobatan ma kecantikan, ada lagi mas?