Monday 5 November 2007

Jawa Oolong, teh Oolong Indonesia


Tampaknya nama Jawa dianggap cukup komersial dan mampu menjual. Buktinya, dengan terkenalnya Java Coffe, tercipta Java Computer Language. Lalu Indra Lesmana dan kawan-kawan mendirikan Java Jazz Band yang juga cukup terkenal di dunia international. Terakhir event Jazz International di tanah air menggunakan nama Java Jazz Festival.

Apakah karena alasan ini teh 63 menamakan teh produksi mereka dengan nama Jawa Oolong?

Perkenalan saya dengan Jawa Oolong, secara tidak sengaja saya temukan lewat arsip milist Tea Society Indonesia. Temuan ini seolah menjawab pertanyaan saya selama ini, yang dipenuhi rasa penasaran apakah ada varian teh China yang dibudidayakan di Indonesia.

Teh ini saat ini merupakan satu-satunya teh Oolong yang diproduksi dari perkebunan teh kita dibawah bendera teh 63, yang gerainya banyak terdapat di mall-mall besar.

Dalam artikel majalah Swa, pernah dituliskan bahwa Lei Mei Chu, salah seorang warga keturunan, yang menikah dengan pria Taiwan, membawa bibit teh dari Taiwan dan menanamnya di daerah Bogor. Di bawah bendera teh 63, dia bekerja sama dengan PTP setempat untuk mengembangkan teh Oolong, yang dilakukannya sekitar tahun 1985, dan baru 10 tahun kemudian dapat dipetik hasilnya.

Teh Oolong adalah salah satu jenis teh yang difermentasi sebentar saja. Kelebihan dari teh Oolong dibanding dengan teh hijau atau teh hitam adalah kandungan Polyphenol yang jauh lebih tinggi dibanding dengan jenis teh lainnya. Polyphenol adalah kandungan penting yang sangat mempengaruhi aroma Oolong yang unik dan juga manfaat yang tinggi untuk kesehatan maupun kecantikan, khususnya masalah obesitas.

Perlu diingat bahwa obesitas bukan berarti overweight. Obesitas dapat dipahami sebagai ekses akibat akumulasi penumpukan lemak didalam tubuh. Normalnya toleransi lemak dalam tubuh adalah 15-20% untuk pria, dan 20-25% untuk wanita dibanding dengan berat tubuh. Kelebihan lemak diatas range tersebut sudah dapat dikatakan sebagai obesitas. Polyphenol dipercaya merupakan kandungan yang efektif dalam mengontrol obesitas. Polyphenol juga dipercaya dapat mengurangi kerusakan gigi secara significan.

Jawa Oolong bisa didapatkan dalam bentuk Loose tea atau Tea Bag. Menurut situsnya di tehenamtiga.com ada beberapa jenis aroma yang ditawarkan. Ada Aroma mawar, melati, menthol, lemon dan jeruk. Di Gerainya di Ekalokasari Mall, Bogor, hanya ditawarkan teh Asli, aroma melati dan Ginseng.

Saya mencoba beli loose tea aroma melati dengan harga 45 ribu per 100 gram. Warna tehnya berwarna hijau tua. Di sela-sela teh tampak sedikit serpihan bunga melati kering. Aroma melati terasa samar dan tidak terlalu mencolok.

Warna seduhan berwarna kuning keemasan. Kalau dituang kedalam gelas kaca akan tampak berkilaun bagaikan emas murni cair. Rasa manis yang samar tapi tegas, dengan aroma flowery (mungkin karena pengaruh melati kering). Aroma wangi terasa memenuhi rongga hidung selang beberapa saat setelah kita minum. Ampas seduhan berupa tiga pucuk teh utuh berwarna hijau tua. Menurut Eva Nainggolan, ampasnya bisa dimakan sebagai pencegah bau mulut. Saya coba kunyah ampasnya, terasa sedikit pahit tetapi tidaklah sepahit lalapan seperti daun pepaya misalnya.

Saya mau sedikit sharing mengenai khasiat dari teh ini. Saya adalah penderita hypertensi berat, karena posisi diastolik yang selalu tinggi. Sekalipun saya rajin mengkonsumsi obat darah tinggi secara teratur, jarang sekali diastolik berada di posisi dibawah 100. Sekalipun teman-teman seperti kang Irvan dari jalan sutra, atau saudara saya yang penderita darah rendah merasakan kepala kliyengan ketika minum teh hijau, tetapi bagi saya sama sekali tidak berpengaruh.
Tetapi semenjak saya mengkonsumsi teh jawa oolong secara teratur, ketika mengukur tensi saya sempat tidak percaya melihat posisi sistolik/diastolik sebesar 110/80.
Memang hingga saat ini, kalau tanpa obat tekanan darah masih belum stabil. Saya sendiri belum berani mengambil kesimpulan tegas, apakah penurunan tekanan darah ini hasil konsumsi rutin teh Jawa Oolong atau pengaruh lain. Masih diperlukan observasi lebih lanjut.

Tetapi untuk soal aroma dan rasa, teh Jawa Oolong layak untuk dijadikan minuman teh sehari-hari.

2 comments:

Anonymous said...

wah...lengkap yaa
bicara teh 63, karena susah cari matcha di Jakarta kemarin saya mencoba beli teh hijaunya 63 di gerai yg di Plasa Senayan....rasanya kok beda yaa dengan teh hijau dari Jepang, rasa teh hijau 63 agak pahit dan sepat tidak seperti teh hijau jepang

Bambang Laresolo said...

Dear friend,
Teh 63 tampaknya specialist di teh Oolong, jadi kemungkinan besar Matcha yang mereka jual bukan kualitas terbaik. Tetapi Match memang karakternya pahit, karena bentuknya bubuk. Yang jelas karakter teh hijau Jepang adalah adanya aroma rumput laut.