Banyak yg mengatakan bahwa dunia itu sempit. Seringkali kita menjumpai sesuatu
memerlukan waktu, padahal dia ada disekitar kita.
Kalau dikaitkan dengan teh, saya pernah menuliskan pengalaman saya menemukan
Oolong Bengkulu. Ternyata hal yg tidak jauh berbeda, terjadi pada Oolong yg
hendak saya ceritakan ini.
Bagi yg pernah ikut tea gathering di KPB, 2 tahun yg lalu, mungkin masih ingat
disitu kita pernah mencoba Oolong yg dibawa Julian (waktu itu masih menjadi
pertanyaan apakah itu Oolong Bengkulu yg kami cari). Disitu juga pertama kalinya
kami mengenal pak Robby, dimana pada waktu itu beliau membaw teh racikannya
sendiri yg disebut sebagai Robby's Blend, yaitu campuran white tea, Oolong dan
teh hijau.
Pada saat mencoba racikan pak Robby (sekarang diberi nama Unitea), saya sempat
terhenyak. Ini Oolong cakep banget. Aroma flowerynya cakep. Saya sempat tidak
percaya kalau dikatakan itu Oolong lokal. Bahkan saya sempat menduga-duga,
apakah ini oolong dari bengkulu. Ditambah lagi saya dapat informasi, bahwa
Chakra, bekerja sama dengan petani oolong.
Belakangan baru semua terjawab. Chakra memang punya kebun di Bengkulu, tetapi
tidak ada hubungannya dengan Oolong bengkulu. Sedikit informasi, bahwa Oolong yg
dipakai pak Robby berasal dari Pelabuhan ratu.
Ternyata memerlukan waktu 2 tahun, kalau akhirnya Oolong tersebut saya temukan
langsung dari sumbernya. Tepatnya Oolong tersebut datang sendiri ke rumah saya,
dan tidak tanggung-tanggung, Presdir dari pemilik Oolong ini sendiri yg datang
ke rumah, diantar oleh staf Marketingnya. Luar biasa. Ini sebuah kehormatan
besar bagi saya.
Pak Effendi datang bersama pak Alex, presdir dari PT. Harendong. Ketika pak Alex
menyebutkan bahwa produknya adalah teh Oolong dari daerah Bayah, yang dapat
dilalui lewat Pelabuhan Ratu, saya langsung teringat teh Oolong yang pernah saya
coba di Uniteanya pak Robby.
Dunia memang sempit benar adanya. Ternyata Oolong yang dibawa pak Alex adalah
Oolong yang sama. Unitea saya pernah review, tetapi Oolongnya sebagai single
Origin membuat saya penasaran dan pingin segera mencobanya.
Tehnya bentuknya sama denganteh Oolong pada umumnya, berupa gumpalan kecil
dengan warna hijau Jamrud. Dengan takaran 2 sendok teh China (sekitar 5 gram),
saya seduh tehnya dengan Gaiwan. Aroma bunga langsung menyergap nuansa indera
penciuman saya. Fresh banget.Seduhan pertama saya lakukan 25 detik, liquornya
tampak kuning keemasan. Rasanya fresh banget, tetapi memang lack of sweatness.
Seduhan kedua dan ketiga, taste dan flavour tampaknya tidak bertahan lama
dimulut. Begitu masuk mulut, aftertaste yang lebih mendominasi adalah
astringentnya. Mereka yang gemar dengan rasa sepet teh khas kita, mungkin akan
menyukainya. Dengan sergapan wangi diawal tegukan, diakhiri dengan rasa sepet
yang khas.
Teh ini juga sudah dicoba oleh Marchel. Beliau adalah adik Yohan Handoyo, yang
gemar melakukan wine tasting dan kuliner. Jadi kepekaan lidah mereka beberapa
tingkat diatas saya.
Beberapa paramater, seduhan pertama hingga ketiga, mirip dengan apa yang saya
rasakan. Hanya kejutan dari Marchel adalah ketika mencoba seduhan kelims. Fruit
tastenya mulai keluar. Rasa Nanas katanya. Saya penasaran dan ikut mencobanya.
Memang samar-samar, ada hint nanas yang muncul.
Anyway, Oolong ini cukup worthed dengan harganya yang tidak mahal. Saya
menamakannnya Oolong Ratu Bayah, singkatan dari Pelabuhan Ratu dan Bayah.
No comments:
Post a Comment